Jumat, 22 Agustus 2014

STOP!!!! , JANGAN ANGGAP ANAK BODOH KARENA LEMAH DALAM BERHITUNG


Semua orang tua pasti menginginkan anaknya cerdas, pintar, atau selalu mendapatkan peringkat terbaik dalam sekolah.  Banyak juga orang tua yang merasa kesal, marah bahkan malu bila anak-anaknya mendapatkan peringkat terendah di sekolah.  Tidak sedikit juga orang tua yang menggunakan cara kasar kepada anaknya untuk belajar dan mengejar ketertinggalan, seperti memukul, membentak bahkan menghukumnya untuk tidak keluar rumah. Banyak yang beranggapan anak cerdas dan pintar bila mana pandai dalam berhitung, sementara anak yang tidak memiliki kemampuan berhitung matematika justru dianggap bodoh, padahal anak tersebut justru mendapatkan nilai lebih untuk pelajaran lain.  

Para orang tua seharusnya mengetahui kelebihan dan kekurangan anak-anaknya, dan jangan selalu menuntut si anak untuk sama dengan teman sebayanya yang memang mendapatkan nilai terbaik di sekolah. Tidak sedikit anak-anak Sekolah Dasar yang memiliki kelemahan dalam berhitung atau pelajaran matematika, tetapi berjalannya waktu mereka akan menjadi bisa bahkan pandai, tetapi ada juga anak-anak yang tidak mengalami perkembangan dalam matematika dan sangat tertinggal jauh dengan teman-temannya.  Nah apabila anak anda termasuk salah satu anak yang mengalami hal demikian, anda jangan menganggap mereka bodoh, dan memarahinya.  Bisa jadi anak anda mengalami " DISKALKULIA".  Diskalkulia adalah gangguan belajar yang mempengaruhi kemampuan seorang anak dalam pelajaran hitungan atau matematika.  Aturan yang digunakan dalam pendidikan khusus anak dengan diskalkulia berbagai macam di setiap negara. Seorang anak dengan gejala diskalkulia biasanya akan terlihat jelas pada saat mereka berada di sekolah dasar, akan tampak jelas mereka sangat lemah menyerap pelajaran hitung-hitungan bahkan dengan bilangan yang paling kecil

Diskalkulia dikenal juga dengan istilah " math difficulty", karena menyangkut gangguan dengan kalkulasi secara matematis.  Kesulitan ini sendiri dapat ditinjau secara kuantitatif yang terbagi menjadi kesulitan berhitung dan mengkalkulasi.  Hal ini biasanya ditandai dengan munculnya kesulitan sianak dalam belajar dan mengerjakan tugas dengan melibatkan angka atau simbol matematis.







 Anak dengan gejala diskalkulia bisa mengikuti pelajaran lain dengan baik,  biasanya sangat kuat dalam menghafal dan  logika. Jadi tidak jarang pada rapot di sekolah, nilai untuk pelajaran Biologi, bahasa Indonesia atau pelajaran ilmu sosial mendapatkan nilai tertinggi , sementara pelajaran matematika mendapatkan angka merah.  Anak yang mengalami gejala Diskalkulia diperkirakan adalah anak anak usia sekolah.  Anak perempuan memiliki kecenderungan yang lebih besar dibandingkan anak laki-laki.  Dalam banyak penelitian , anak yang terkena gejala diskalkulia biasanya ada di tingkat sekolah SD, umumnya kelas 2-3.  Sementara jika dilihat dari segi kelahiran, antara 1-2 anak dari 100 kelahiran.


Penyebab Diskalkulia pada diri individu anak ada beberapa faktor, pertama  bisa jadi ada kelainan pada otak si anak, terutama  dibagian penghubung antara bagian pariental dan temporal otak, bisa jadi juga menurun dari orang tua yang memang mengalami gangguan yang sama dalam hitungan, dan discalkulia ini juga bisa di sebabkan akibat penyakit yang di derita si anak ,seperti pernah mengalami panas tinggi, dan kejang/step.


Anak-anak yang mengalami diskalkulia beragam bentuknya, ada yang tidak bisa mengerjakan tugas yang melibatkan angka atau simbol matematis,kurang bisa memahami nilai tempat,seperti puluan, satuan ratusan atau seterusnya, ada juga bisa dilihat dari sulitnya anak fokus dalam belajar. 

Anak-anak yang terkena gejala diskalkulia, selain lemah dalam pelajaran matematika, biasanya mereka juga lemah dalam pemahaman not-not angka dalam pelajaran musik, oleh karena itu anak-anak diskalkulia biasanya sangat kesulitan dalam memainkan alat musik.



Solusi yang tepat menurut Psikolog Renny Permataria, S.Psi untuk penanganan anak-anak yang terkena gejala diskalkulia, adalah pemahaman yang sangat baik dari para orang tua. Bila merasa anaknya mengalami kelemahan dalam berhitung tidak serta merta harus merasa malu, dan juga memaksa anaknya untuk berlatih keras agar sama dengan teman yang lainnya.   Bila itu dilakukan oleh para orang tua, justru akan menimbulkan efek yang lain, seperti anak akan selalu merasa bersalah, dan rendah diri.  Para orang tua menurutnya harus memberikan perhatian yang serius terhadap anak- anak diskalkulia, dengan kesabaran, mengajarkan bilangan-bilangan kepada anak mereka dengan cara yang lembut dan mudah dimengerti, selain itu  tidak salahnya memberikan guru tambahan khusus matematia secara pribadi di rumah.

Karena anak terkena gejala diskalkulia lebih banyak terlihat untuk siswa kelas 2-3, tidak salahnya para orang tua bertemu dan berkomunikasi serius dengan wali kelas, dan ceritakan bahwasannya salah satu anak didiknya mengalami gejala diskalkulia.  Renny Permataria, S.Psi juga menyarankan agar para guru yang mengetahui siswanya mengalami diskalkulia, tetap memberikan pelajaran yang sama, tetapi harus memiliki perhatian yang lebih dari anak-anak yang lain, di usahakan juga si anak yang terkena diskalkulia itu, tidak terlalu sering mendapatkan publikasi soal nilai matematika yang di dapat oleh guru, agar anak tersebut tidak merasa rendah diri akibat di ejek oleh teman-teman sekelasnya " anak-anak dengan gejala diskalkulia itu, yang terpenting adalah perasaan nyaman saat belajar, usahakan tidak terlalu sering dimarah karena kelemahannya, juga di usahakan jangan terlalu sering di hina teman-teman sekelasnya, karena itu bisa berdampak, buruk dan s ianak merasa rendah diri." jelasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar