Rindu Jamu Buatan Mbak Sri
Ternyata mata saya dan suami saya sama-sama
memandang satu sosok yang berdiri di
samping salah mobil SUV berwarna hitam, kami melihat wanita berusia 40 tahun, dengan rambut lurus di rebonding, memberikan wadah plastik
berbentuk seperti gelas yang langsung bisa di buang, ke seorang lelaki paruh
baya. Lama kami memadang sampai akhirnya
kami sadar bahwa motor yang di kendari suamiku melintasi gundukan semen (
polisi tidur). Tiba-tiba suamiku berkata
“ penjual jamu sekarang semakin moderen, rambut di rebonding, pakai leging kaus
ketat “ seranya sambil tertawa ringan.
Aku pun menimpali perkataan suamiku, bahwa saat ini penjual jamu semakin
moderen, menggunakan motor, dan busana yang dipakai juga menyesuaikan
zaman. Jujur aku lebih suka penjual jamu
ya sama kayak penjual jamu yang aku lihat sekitar 20 tahun yang lalu semasa aku
kecil. Menggunakan bakul jamu, wadah
jamu yang terbuat dari botol bulat besar, dengan tutup gabus, menggunakan kain
batik dan kebaya, dengan jamu di gendongan.
Sementara jamu yang di jual juga benar-benar original, asli buatan
tangan sendiri, dengan aroma kencur yang khas, dan rasa kunyit yang kental, ya
aku sangat menyukai dua jenis jamu itu.“ dulu ada Mbak Sri, dia penjual jamu
langganan ibu ku, ya gayanya seperti tukang jamu yang sama di benak kita pak,
pakek kebaya, bakul jamu dan bahasa jawa”, tambahku. Karena sepanjang perjalanan pergi kerja kami
di jalan membahas tukang jamu, tidak terasa aku sampai juga di kantor. Kelang
beberapa jam, aku turun ke bawah kantorku, hendak mengambil berkas, kulihat
satpam dan OB di tempatku bekerja sedang minum sesuatu di luar, dan kulihat
mereka meminum jamu yang di jual wanita yang aku lihat bersama suamiku, aku hanya tertawa dan
di dalam hati berkata mungkin jodoh
melihatnya lagi.
Sudah menjadi hal biasa setiap berangkat ke kantor , aku selalu diantar
suamiku, sekalian kantor tempatnya bekerja juga melewati arah yang sama. Kali ini kami dalam perjalanan membahas topik
yang berbeda, yaitu urusan kewanitaan. “
tumben kok tiba-tiba ngomong masalah kewanitaan, pakek sabun pembersih segala,
emang ada yang salah” tanyaku dengan sedikit heran. Tetapi suamiku bilang tidak ada masalah
dengan diriku, dia bercerita ini,karena teman nya di kantor, kebetulan lelaki
curhat kepadanya masalah keputihan yang dialami istrinya. “ keputihan itu
biasa, asal tidak berbau dan warnanya tidak keruh” jelasku. Tetapi ketika aku
menjelaskan itu suamku tertawa. “kenapa
tertawa” tanyaku kesal, suamiku menjawab, keputihan yang dialami istrinya itu
berbau tidak sedap dan menghilangkan selera untuk berhubungan suami istri. Aku berkta kepada suamiku, kalau seharusnya
teman kantor suamiku tidak boleh menceritakan masalah ini ke orang lain. Tetapi
suamiku mengatakan ini bukan mengumbat aib atau kekurangan istri, tetapi untuk berbagi
pengalaman.
Seperti biasa setiap pukul 11 pagi , satpam dan OB tempatku dikantor minum
jamu langganan mereka yang waktu itu menjadi pandangan dan bahasan aku dengan
suami. Karena diperjalanan tadi membahas
masalah yang sedikit serius soal kewanitaan, aku mendatangi penjual jamu itu,
ketika para satpan dan OB satu persatu kembali bekerja, aku bertanya kepada
penjual jamu itu, jamu mana yang bagus untuk mengusir keputihan, terus si Mbak
penjual jamu bilang, minum jamu kunyit asam sirih. Karena waktu itu pekerjaanku tidak sibuk,aku
jadi asyik ngobrol sama Mbak penjual jamu, yang ternyata namanya Karmini, Cuma
katanya pelanggan dia banyak panggil Mbak Karmi. Karena ia bilang jamu kunyit asem sirih, aku
jadi inget, kalau dulu ibu ku selalu minum jamu kunyit asem sirih setiap hari
sama Mbak Sri langganan jamunya. Karena
inget jamu ibu ku itu, aku juga pesen jamu kunyit asem sirih sama mbak Karmi,
Cuma aku heran, pas aku pesen jamu itu, Mbak karmi membuka bungkusan sashet
dari kertas terus mengeluarkan serbuk dan mengaduknya dengan air hangat, aku
bingung, ini apa, terus dia jawab,ini jamu kunyit asem sirihnya, aku bertanya
kepadanya ada agak yang kunyit asem sirih itu asli jamu buatan tangannya bukan
yang sudah jadi, terus Mbak Karmi bilang, enggak ada, dia jual jamu kemasan
semua. Karena sudah terlanjur memesan, aku bayar, dan aku coba minum, karena
itu jamu kemasan, rasanya ya biasa saja dan tidak nendang kayak jamu kunyit
asem sirih Mbak Sri yang pernah aku minum. Terus aku bertanya kepada Mbak
Karmi, kenapa tidak jual jamu racikan sendiri, lebih alamai. Katanya kalau buat
jamu sendiri malah enggak untung, karena bahan-bahannya sudah mahal, belum lagi
masaknya , kalau dihitung-hitung menurutnya enggak balik modal. Mendengar penjelasannya aku pikir bisa masuk
akal, jaman sekarang serba mahal, jadi orang lebih memilih yang praktis. Cuma yang menjadi masalah apakah jamu yang
diabggap kita untuk menjaga kesehatan justru merusak kesehatan kita. Apalagi
saat ini banyak produk jamu yang tidak terdaftar dan tidak jelas kesehatan dan
kandungan bahannya.
Sesampainya di rumah sebelum tidur sudah menjadi kebiasaan kami untuk
membahas bersama suami apa yang kami lakukan selama bekerja. Akupun bercerita
bahwa aku jadi kangen dengan Jamu zaman dulu , jamu yang penjualnya identik
dengan bakul kain batik dan kebaya, jamu yang sehat, karena dibuat oleh tangan
sipenjual sendiri. Aku berkata kepada
suamiku bahwa , saat ini bisa dikatakan semakin seikit pejual jamu originil,
dan pembuat jamu juga semakin berkurang, karena penjual jamu terdahulu tidak
mengajarkan kepada anak-anak mereka cara membuat jamu, karena banyak yang
menggap pejual, atau menjual jamu bukan lah suatu pekerjaan yang dicita-citakan,
sebab dalam status sosial bisa dikatakan kelas bawah. Tetapi pada dasarnya
apabila di lakoni secara serius, menjual jamu bisa dijadikan matapencarian yang
baik dan menguntungkan. Saat ini meski
dikatakan zaman moderen, nuansa
tradisional dan kekentalan budaya tetap dirindukan. Apalagi jamu merupakan salah satu warisan
nenek moyang Indonesia, yang sejak jaman dahulu sudah di gunakan para leluruh
dan raja-raja untuk merawat kesehatan dan kecantikan mereka. Terlebih jamu yang tebuat dari bahan-bahan
seperti kunyit, kencur, dan ramuan tradisional lainnya sangat bermanfaat bagi
kesehatan dan metabolisme tubuh. Daun
sirih misalnya, kandungan antiseptik yang ada dalam air rebusan sirih sangat
baik untuk kesehatan, bahkan daunnya bisa meredakan mimisan, air rebusannya
bisa menghilangkan keputihan, bahkan daun sirih dipercaya bisa membuat suara
menjadi nyaring dan indah, juga meredakan batuk. Sementara kunyit kandungan zat
yang terdapat didalamnya bisa bermanfaat untuk menghaluskan kulit dan
menghilangkan jerawat. Entah apa pun
penjelasanya, saat ini semakin sulit menemukan penjual jamu yang identik dengan
penjual jamu zaman dulu, yang menjual jamu jamu olahan tangan, dan sehat. Dulu di daerah Sumatera Selatan, Palembang
kampung halamanku, banyak sekali warga datangan dari pulau jawa, mereka
mengontrak rumah berdekatan, yang wanita menjual jamu gendong, sementara para
lelakinya berjualan getuk lindri. Tetapi
saat ini tidak ada lagi perkumpulan para tukang jamu, yang di koordinir oleh
satu orang. Bahkan penjual jamu yang
sering di jumpai adalah orang-orang dari berbagai daerah, dan jamu yang dijual
bentuknya kemasan dan di gerobak-gerobak pinggir jalan, atau sama seperti Mbak
Karmi yang menjual jamu serba kemasan dengan motor. Di daerah pulau jawa mungkin masih bisa di
temui,pedagang jamu tradisional tetapi di daerah sumatera pemandangan seperti
itu sudah nyaris sangat langka untuk di lihat. Padahal kalau masih di
pertahankan keaslian jamu tradisional Indonesia, dengan ramuan asli , jamu
Indonesia bisa sama hebatnya dengan ramuan herbal dari korea atau China. Tetapi sayang saat ini yang ada adalah jamu
olahan tetapi dikemas oleh pabrik, dan mengandung tambahan zat-zat lainnya. Aku
berharap penjual jamu bisa berjaya seperti dulu lagi, menjual jamu yang sehat
dan menguntungkan bagi mereka, meski dengan bakul-bakul jamu, gelas kecil dan
sedikit air di dalam ember. Bukan hanya bahan yang diragukan, penyajian jamu kemasan, dengan cangkir-cangkir plastik
tipis, dan di seduh air panas, dalam sajian saja itu sudah menyalahi kesehatan,
belum lagi bahan-bahan jamu yang tidak di ketahui kesehatan dan kelayakan
konsumsinya. Seandainya penjual jamu
gendong di koordinir lagi, akan banyak masyarakat atau ibu-ibu rumah taangga
bisa mendapatkan penghasilan tambahan, selain itu tradisi minum jamu bisa terus
ada, karena saat ini semakin sedikit orang minum jamu, karena semakin jarang
terlihat penjual jamu gendong, atau bersepeda keliling kampung, heeeem kalu
dulu ibu atau ayah ku bila tubuhnya merasa letih atau pegel-pegel , langsung
minum jamu ...Kalau sudah begini mataku semakin rindu sosok berbaju kebaya dan
berkain batik dengan bakul jamu , aku juga semakin rindu Kunyit
Asem Sirih buatan Mbak Sri.