Selasa, 19 Mei 2015

KENAPA LUPAKAN NUJUH BULANAN, KENAPA HARUS BABY SHOWER




Baby Shower, saat ini sedang di gandrungi oleh ibu-ibu muda metropolis di Indonesia, terutama bagi mereka para ibu muda pekerja.  Baby Shower sebenarnya tradisi negara-negara Eropa, sementara yang paling terkenal melaksanakan acara baby Shower adalah Amerika. Baby Showe merupakan pesta kecil yang dibuat bersama teman akrab, sahabat, keluarga dekat menjelang kelahiran bayi. Pestanya bisa berupa kumpul-kumpul, makan bersama, ngobrol seputar kehamilan dan rencana kelahiran, hingga pemberian kado bagi ibu hamil. Tradisi ini bagi mereka, diadakan sebagai kejutan dari orang-orang terdekat, dan motivasi untuk si ibu.  Saat ini yang berkembang baby shower di negara amerika bukan di adakan oleh teman-teman terdekat, tetapi oleh si calon ibu, dengan persiapan pesta mulai dari sederhana hingga pesta besar-besaran dan mengundang banyak tamu undangan.



Yang jadi pertanyaan mengapa saat ini lebih banyak kita menyaksikan para wanita Indonesia melaksanakan Baby Shower yang bukan tradisi asli masyarakat Indonesia .  Padahal Indonesia sendiri punya acara yang setipe Baby Shower, tapi nyebutnya Nujuh Bulanan.
Perayaan Nujuh Bulanan  di Indonesia banyak ragam, berbeda masing-masing daerah cara mengadakannya, tetapi yang paling terkenal dari daerah Jawa. Untuk masyarakat jawa  acara perayaan kehamilan ada beberapa ,mulai dari Neloni atau selamatan ketika kehamilan berusia tiga bulan, Mitoni atau saat kandungan berusia tujuh bulan,  juga  Tingkeban. Bagi sebagianmasyarakt jawa, Sunda, Minang, dayak dan lainnya lebih banyak melakukan Mitoni atau nujuh bulanan, mereka mempercayai bahwa Mitoni atau selamatan tujuh bulanan lebih baik dilakukan setelah kehamilan ibu genap berusia tujuh bulan.
Sekedar informasi, Telonan, Mitoni dan Tingkepan yang dulu sering di jumpai sebagai tradisi syukuran kehamilan, berasal dari agama Hindu, yaitu dalam Kitab Hindu Upadesa, halaman 6 yang menyebutkan bahwa, Telonan, Mitoni dan Tingkeban dilakukan untuk memohon keselamatan anak yang ada di dalam rahim .  Acara ini juga sering di sebut dengan Garba Wedana
Ternyata telonan, mitoni dan tingkepan yang sering dijumpai di tengah-tengah masyarakat adalah tradisi yang berasal dari agama Hindu yaitu dalam Kitab Hindu Upadesa halaman 6 disebutkan bahwa telonan, mitoni, dan tingkeban dilakukan untuk memohon keselamatan anak yang ada di dalam rahim (kandungan). Acara ini sering juga dikenal dengan Garba (perut) Wedana (mengandung)



Seperti apa tatacara nujuh bulanan ala adat Jawa??? Bagi sebagian besar masyarakat Jawa, Nujuh bulanan lebih banyak ke acara mandi mandian, yang melibatkan banyak bunga dan kain, cara mandinya juga tidak sembarangan tetapi di atur oleh orang yang mengerti, dan saat mandikan semua keluarga baik sebelah wanita atau laki-laki turut andil.
Tata Cara pelaksanaan Upacara Tingkeban : pertama yaitu Siraman yang di lakukan oleh para sesepuh sebanyak 7 orang termasuk ayah dan ibu wanita hamil serta suami dari calon ibu. Siraman ini bermakna memohon doa restu agar proses persalinan lancar dan anak yang akan dilahirkan selamat dan sehat jasmani dan rohani. Sebaiknya yang memandikan adalah orang tua yang sudah mempunyai cucu. Setelah melaksanakan siraman dilanjutkan dengan upacara memasukkan telur ayam dan cangkir gading atau kelapa gading , si calon ayalah yang melakukan, atau memasukkan telur ayam ke dalam kain yang dipakai oleh si ibu melalui perut hingga telur pecah, kemudian menyusul kedua cangkir gading yang di masukkan dari atas ke dalam kain, kemudian diterima di bawahnya oleh calon nenek, sementara cangkir gading kelapa diterima oleh calon nenek kemudian digendong dan diletakkan di kamar, ini merupakan simbol harapan semoga bayi bisa lahir dengan selamat sehat tanpa hambatan.
Setelah ini masuk ke upacara ganti pakaian, disini si calon ibu menggunakan kain berwarna putih, dan si ibu berganti baju sebanyak enam kali sembari di iringi dengan pertanyaan “cantik apa belum??”, dan di jawab oleh yang menyaksikan “ beluuuum/cantiiiik” sampai ke pakaian ke enam. Setelah ini dilanjutkan dengan pemutusan benang lawe atau jamur, yang ada di lingkaran perut ibu, pemutusan benang ini dilakukan oleh calon ayah, dengan maksud bayi yang dikandung akan lahir dengan mudah tanpa halangan rintangan. Kemudian dilanjutkan dengan Upacara Angrem, disini si calon ibu di minta untuk duduk di atas baju dan kain yang sudah basah, maksudnya si calon ibu ini akan menjaga bayi yang ada dalam kandungan dengan sebaik mungkin. Saat duduk tersebut si ayah menyuapi calon ibu dengan nasi tumpeng dan bubur merah putih sebagai simbol kasih sayang dari seorang ayah.  Selanjutnya membelah kelapa, kelapa gading yang dibawa calon nenek ke kamar, dibawa lagi dan dbelah oleh calon ayah, tetapi sebelumnya dua kelapa tersebut di pilih oleh calon ayah untuk dibelah. Setelah ini dilanjutkan dengan pembuatan rujak oleh calon ibu, rujak ini nantinya di jual dan dibeli oleh para pengunjung atau tamu undangan yang hadir, dengan menggunakan kerewang sebagai uang.

Setelah melakukan beberapa upacara tersebut, biasanya si calon ibu mengadakan syukuran atau doa, membacakan ayat ayat suci alquran, bagi yang beragama islam. Kemudian dilanjutkan dengan makan bersama, hidangan ini sudah disipkan bagi si pemilik acara.
Seperti apa pandangan Islam terkait Nujuh Bulanan???? Bisa di katakan saat ini jarang sekali acara nujuh bulanan dilakukan oleh masyarakat Indonesia, terlebih umat islam, kalaupun ada dilakukan dengan cara sederhana, dan bentuknya pun berbeda, yaitu hanya makan-makan bersama keluarga atau membaca yasin mengundang tetangga terdekat, bertujuan untuk mendoakan keselamatan calon ibu dan bayi yang akan di lahirkan.  Tetapi seperti apa acara nujuh bulanan dalam pandangan islam?. Meski sangat jarang melihat upacara nujuh bulanan di kampung kampung saat ini, tetapi masih ada masyarakat yang beragama Islam mengadakan upacara nujuh bulanan.  Selamatan seperti tigabulanan, empat bulanan atau nujuh bulanan tidak ada dalam ajaran agama Islam. Karena itu termasuk perkara baru dalam agama, dan semua perkara baru dalam agama adalah bid’ah, dan semua bid’ah adalah kesesatan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الْأُمُورِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ
“Jauhilah semua perkara baru (dalam agama), karena semua perkara baru (dalam agama) adalah bid’ah, dan semua bid’ah merupakan kesesatan”. (HR Abu Dawud, no. 4607; Tirmidzi, 2676; Ad Darimi; Ahmad; dan lainnya dari Al ‘Irbadh bin Sariyah)
Meski demikian masih ada juga yang melaksanakan, dan menganggap ini tidaklah salah, karena tujuannya dalah tetap meminta keselamatan pada yang maha pencipta, dengan doa doa sesuai agama masing-masing, kalaupun ada tatacara yang dipakai, banyak yang beranggapan itu untuk terus melestarikan adat.

Apapun pendapatnya, intinya saat ini adat atau tradisi leluhur bangsa ini sudah sangat berkurang, yang banyak adalah budaya meniru kebiasaan bangsa asing. Padahal bila di telaah Baby Shower tidaklah unik, sebab hanya kumpul-kumpul biasa dan makan-makan plus memberikan kado bagi calon ibu itu saja. Tetapi bisa dibandingkan hal itu saja masih dipertahankan oleh bangsa Eropa, Amerika, baby shower sangat sering dijumpai dan menjadi kebiasaan bagi mereka ibu muda disana untuk merayakannya, dan bahagianya acara baby shower saat ini di gandrungi oleh masyarakat Indonesia.  Padahal kalau diperhatikan upacara nujuh bulanan sangat unik, bahkan kalau tradisi ini bisa terus dijalankan , tidak tertutup kemungkinan akan menjadi dayatarik tersendiri bagi warga asing yang menyaksikannya. Tetapi sayangya jarang sekali acara nujuh bulanan dijumpai akhir-akhir ini.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar