Baby Shower, saat ini sedang di gandrungi oleh ibu-ibu muda
metropolis di Indonesia, terutama bagi mereka para ibu muda pekerja. Baby Shower sebenarnya tradisi negara-negara Eropa,
sementara yang paling terkenal melaksanakan acara baby Shower adalah Amerika. Baby
Showe merupakan pesta kecil yang dibuat bersama teman akrab, sahabat, keluarga
dekat menjelang kelahiran bayi. Pestanya bisa berupa kumpul-kumpul, makan
bersama, ngobrol seputar kehamilan dan rencana kelahiran, hingga pemberian kado
bagi ibu hamil. Tradisi ini bagi mereka, diadakan sebagai kejutan dari
orang-orang terdekat, dan motivasi untuk si ibu. Saat ini yang berkembang baby shower di
negara amerika bukan di adakan oleh teman-teman terdekat, tetapi oleh si calon
ibu, dengan persiapan pesta mulai dari sederhana hingga pesta besar-besaran dan
mengundang banyak tamu undangan.
Yang jadi pertanyaan mengapa
saat ini lebih banyak kita menyaksikan para wanita Indonesia melaksanakan Baby
Shower yang bukan tradisi asli masyarakat Indonesia . Padahal Indonesia sendiri punya acara yang
setipe Baby Shower, tapi nyebutnya Nujuh Bulanan.
Perayaan Nujuh Bulanan di Indonesia banyak ragam, berbeda masing-masing
daerah cara mengadakannya, tetapi yang paling terkenal dari daerah Jawa. Untuk
masyarakat jawa acara perayaan kehamilan
ada beberapa ,mulai dari Neloni atau
selamatan ketika kehamilan berusia tiga bulan, Mitoni atau saat kandungan berusia tujuh bulan, juga Tingkeban. Bagi sebagianmasyarakt jawa,
Sunda, Minang, dayak dan lainnya lebih banyak melakukan Mitoni atau nujuh bulanan, mereka mempercayai bahwa Mitoni atau selamatan tujuh bulanan
lebih baik dilakukan setelah kehamilan ibu genap berusia tujuh bulan.
Sekedar informasi, Telonan, Mitoni dan Tingkepan yang dulu
sering di jumpai sebagai tradisi syukuran kehamilan, berasal dari agama Hindu,
yaitu dalam Kitab Hindu Upadesa, halaman 6 yang menyebutkan bahwa, Telonan, Mitoni dan Tingkeban dilakukan
untuk memohon keselamatan anak yang ada di dalam rahim . Acara ini juga sering di sebut dengan Garba
Wedana
Ternyata
telonan, mitoni dan tingkepan yang sering dijumpai di tengah-tengah masyarakat
adalah tradisi yang berasal dari agama Hindu yaitu dalam Kitab
Hindu Upadesa halaman 6 disebutkan bahwa telonan, mitoni, dan tingkeban
dilakukan untuk memohon keselamatan anak yang ada di dalam rahim (kandungan). Acara ini sering juga dikenal
dengan Garba (perut)
Wedana (mengandung).
Seperti
apa tatacara nujuh bulanan ala adat Jawa??? Bagi sebagian besar masyarakat
Jawa, Nujuh bulanan lebih banyak ke acara mandi mandian, yang melibatkan banyak
bunga dan kain, cara mandinya juga tidak sembarangan tetapi di atur oleh orang
yang mengerti, dan saat mandikan semua keluarga baik sebelah wanita atau
laki-laki turut andil.
Tata
Cara pelaksanaan Upacara Tingkeban : pertama yaitu Siraman yang di lakukan oleh para sesepuh sebanyak 7 orang termasuk
ayah dan ibu wanita hamil serta suami dari calon ibu. Siraman ini
bermakna memohon doa restu agar proses persalinan lancar dan anak yang akan
dilahirkan selamat dan sehat jasmani dan rohani. Sebaiknya yang memandikan
adalah orang tua yang sudah mempunyai cucu. Setelah melaksanakan siraman dilanjutkan dengan upacara memasukkan telur ayam dan cangkir gading
atau kelapa gading , si calon ayalah yang melakukan, atau memasukkan telur ayam
ke dalam kain yang dipakai oleh si ibu melalui perut hingga telur pecah,
kemudian menyusul kedua cangkir gading yang di masukkan dari atas ke dalam
kain, kemudian diterima di bawahnya oleh calon nenek, sementara cangkir gading
kelapa diterima oleh calon nenek kemudian digendong dan diletakkan di kamar,
ini merupakan simbol harapan semoga bayi bisa lahir dengan selamat sehat tanpa
hambatan.
Setelah ini masuk ke upacara ganti
pakaian, disini si calon ibu menggunakan kain berwarna putih, dan si ibu
berganti baju sebanyak enam kali sembari di iringi dengan pertanyaan “cantik
apa belum??”, dan di jawab oleh yang menyaksikan “ beluuuum/cantiiiik” sampai
ke pakaian ke enam. Setelah ini dilanjutkan dengan pemutusan benang lawe atau jamur, yang ada di
lingkaran perut ibu, pemutusan benang ini dilakukan oleh calon ayah, dengan
maksud bayi yang dikandung akan lahir dengan mudah tanpa halangan rintangan. Kemudian
dilanjutkan dengan Upacara Angrem, disini
si calon ibu di minta untuk duduk di atas baju dan kain yang sudah basah,
maksudnya si calon ibu ini akan menjaga bayi yang ada dalam kandungan dengan sebaik
mungkin. Saat duduk tersebut si ayah menyuapi calon ibu dengan nasi tumpeng dan
bubur merah putih sebagai simbol kasih sayang dari seorang ayah. Selanjutnya membelah kelapa, kelapa gading yang dibawa calon nenek ke kamar,
dibawa lagi dan dbelah oleh calon ayah, tetapi sebelumnya dua kelapa tersebut
di pilih oleh calon ayah untuk dibelah. Setelah ini dilanjutkan dengan
pembuatan rujak oleh calon ibu, rujak ini nantinya di jual dan dibeli oleh para
pengunjung atau tamu undangan yang hadir, dengan menggunakan kerewang sebagai
uang.
Setelah
melakukan beberapa upacara tersebut, biasanya si calon ibu mengadakan syukuran atau doa, membacakan ayat ayat suci alquran, bagi yang beragama islam. Kemudian
dilanjutkan dengan makan bersama, hidangan ini sudah disipkan bagi si pemilik
acara.
Seperti apa pandangan Islam
terkait Nujuh Bulanan???? Bisa di katakan saat ini jarang sekali acara nujuh
bulanan dilakukan oleh masyarakat Indonesia, terlebih umat islam, kalaupun ada
dilakukan dengan cara sederhana, dan bentuknya pun berbeda, yaitu hanya
makan-makan bersama keluarga atau membaca yasin mengundang tetangga terdekat,
bertujuan untuk mendoakan keselamatan calon ibu dan bayi yang akan di
lahirkan. Tetapi seperti apa acara nujuh
bulanan dalam pandangan islam?. Meski sangat jarang melihat upacara nujuh
bulanan di kampung kampung saat ini, tetapi masih ada masyarakat yang beragama
Islam mengadakan upacara nujuh bulanan. Selamatan
seperti tigabulanan, empat bulanan atau nujuh bulanan tidak ada dalam ajaran
agama Islam. Karena itu termasuk perkara baru dalam agama, dan semua perkara
baru dalam agama adalah bid’ah, dan semua bid’ah adalah kesesatan. Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الْأُمُورِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ
بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ
“Jauhilah semua perkara baru (dalam agama), karena semua perkara baru
(dalam agama) adalah bid’ah, dan semua bid’ah merupakan kesesatan”. (HR Abu Dawud, no.
4607; Tirmidzi, 2676; Ad Darimi; Ahmad; dan lainnya dari Al ‘Irbadh bin
Sariyah)
Meski demikian
masih ada juga yang melaksanakan, dan menganggap ini tidaklah salah, karena
tujuannya dalah tetap meminta keselamatan pada yang maha pencipta, dengan doa
doa sesuai agama masing-masing, kalaupun ada tatacara yang dipakai, banyak yang
beranggapan itu untuk terus melestarikan adat.
Apapun
pendapatnya, intinya saat ini adat atau tradisi leluhur bangsa ini sudah sangat
berkurang, yang banyak adalah budaya meniru kebiasaan bangsa asing. Padahal
bila di telaah Baby Shower tidaklah unik, sebab hanya kumpul-kumpul biasa dan
makan-makan plus memberikan kado bagi calon ibu itu saja. Tetapi bisa
dibandingkan hal itu saja masih dipertahankan oleh bangsa Eropa, Amerika, baby
shower sangat sering dijumpai dan menjadi kebiasaan bagi mereka ibu muda disana
untuk merayakannya, dan bahagianya acara baby shower saat ini di gandrungi oleh
masyarakat Indonesia. Padahal kalau
diperhatikan upacara nujuh bulanan sangat unik, bahkan kalau tradisi ini bisa
terus dijalankan , tidak tertutup kemungkinan akan menjadi dayatarik tersendiri
bagi warga asing yang menyaksikannya. Tetapi sayangya jarang sekali acara nujuh
bulanan dijumpai akhir-akhir ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar