Kamis, 23 April 2015

MEMILIH SUAMI JANGAN HANYA SEKEDAR "BAIK"



Lagu Sam Smith , im not the only one, saat ini benar-benar menjadi lagu wajib untuk aku dengar setiap hari, dan setiap kali aku mendengarnya setiap kali juga aku menangis.  Dari situ aku  tau, kalau menikah tidak cukup  dengan lelaki yang baik, begitu juga sebaliknya tidak cukup dengan memiliki cinta, tetapi keberuntungan wanita yang sesunguhnya bila ia mendapatkan lelaki yang  baik dan mencintai.

Tidak pernah terfikirkan oleh diriku akan menikah  dengannya, lelaki yang seharunya menjadi suami sahabatku, atau suami dari wanita lain.  Entah apa yang merasuki diri kami berdua, sehingga  melakukan hal yang tak pantas dilakukan saat kami remaja.  Sejak saat itu aku menjadi remaja yang murung, menjadi tidak suka bergaul, dan lebih banyak mengurung diri di kamar.  Rupanya hal tersebut membuat Kevin merasa bersalah dan ia berjanji akan bertanggung jawab atas apa yang ia lakukan. 

Tiga tahun setelah kejadian itu kami seperti kekasih, nonton film saat malam minggu, saling memberi kabar melalui sms, dan bercerita masa depan, padahal kami berdua tidak pernah tau kapan tanggal jadian pacaran bahkan tidak pernah merayakan tanggal iistimewa seperti teman-temanku. Kevin adalah lelaki yang baik, meski secara penuh tidak begitu mengenal pribadinya, dengan tingkahnya yang acuh, tapi aku tau kalau ia adalah lelaki yang sempurna untuk masa depan kehidupan, dan ayah yang baik bagi anak-anak ku.


Dua tahun kami sudah mengarungi kehidupan rumah tangga, hasil cinta belum juga hadir menambah kebahagiaan pernikahan kami, meski demikian Kevin tidak pernah berubah sikapnya, ia tetap menjadi suami yang baik.  Akhirnya apa yang aku minta dalam setiap sholat malam ku datang juga, tepat di tiga tahun pernikahan kami.  Tidak berhenti diri ini bersyukur, lelaki kecil tampan akhirnya ada dikehidupan kami. 
Keanu memang benar-benar membuat Kevin menjadi seorang ayah yang menambah sepurna kebaikannya, setiap pulang kerja anak adalah tempatnya mencurahkan kerinduan, bermain bersama, bergulat terkadang lupa waktu untuk makan malam.  Melihat pemandangan itu, aku semakin cinta dengan nya, terkadang aku berfikir dalam hati, bahwa Kevin adalah suami yang ditakdirkan Tuhan dengan cara yang istimewa untuk diriku.

 
“Shintaaaaaaaa, astagaaa ini bener kan Shinta”. Wanita didepanku  menujukkan wajah heran dan memegang dua pundakku dengan sekantong penuh belanjaan di tangan sebelah kananya. “ ya aku Shinta, ini siapa ya”, tanyaku dengan nada heran, karena jujur aku benar-benar lupa dia siapa.  Setelah panjang lebar wanita itu menjelaskan, akhirnya aku menjerit dan aku tau kalau wanita sexy yang tepat di depan ku adalah Claudia temanku SD, hanya sekarang cantik sekali, kulitnya yang dulu hitam kini lebih terlihat kuning, giginya yang berantakan sekarang sangat rapi, dan menambah sempurna senyumnya.      “ maaf Claudia, aku benar-benar lupa, abis kamu cantik sekali”, kataku, karena memang dia sekarang benar-benar berubah 360 derajat .  Tiga jam tak terasa bercerita panjang melepas rindu, sampai akhirnya kami saling bertukar nomor, dan berjanji untuk saling mengubungi dan bertemu lagi.
“ ini pasti Kenau ya, cakep beneer, umur berapa sekarang?”, Claudia tampak sangat senang sekali dengan anak ku, dia memangkunya, menciumnya, dan memberinya cokelat, Keanu juga tanpak begitu nyaman dengan Claudia, terlebih cokelat kegemarannya kalau habis selalu ditambah dengan wanita yang dipanggilnya Tante Cude. “ rumah kamu nyaman Shin, sudah berapa lama kamu tinggal disini”tanya nya.  Claudia memeriksa semua ruangan di rumahku, sampai akhirnya ia terhenti tepat di ruang tengah rumahku yang tidak seberapa besar, tetapi cukup nyaman untuk dijadikan tempat ngobrol dan ruang keluarga, jendela yang besar membuat ruangan ini menjadi dingin. “ini suami kamu” dia bertanya ketika berhenti di foto besar keluarga ku, dengan tatapan yang lama dan tajam di foto itu. “ ya itu suami ku, Kevin namanya” jelasku, tapi Claudia memiringkan bibir dan mengangguk kecil, terus berlalu, dia tidak seperti kebanyakan teman-temaku yang lain, kalu main kerumah dan melihat foto suami ku selalu bilang tampan, cakep, dan terakhir yang tidak pernah lupa, adalah pertanyaan inti, yaitu  , kerja dimana, tetapi Claudia tampak biasa aja.  Entahlah aku senang sekali bisa bertemu dengan Claudia lagi, maklum sejak Kevin pindah tugas di sini, aku hampir tidak memiliki sahabat, yang ada adalah teman-teman baru, komunitas arisan atau ibu rumah tangga sekitar rumah.  Tepat pukul lima sore, Claudia pamit pulang, tapi dia hanya mencium Keanu yang tertidur pulas,” ak pulang ya, entar kalo aku ada waktu dan kerjaku enggak begitu padat, aku kesini lagi ya, salam buat Keanu dan suami mu”, dia pamit setelah mencium pipi kanan dan kiriku, kebetulan sekali, saat ia hendak keluar Kevin pulang kerja, dan mereka saling membuka kaca mobil, dan masing-masing memberi senyum seperti saling menghormati. Kevin tanpak sedikit kecewa, sore itu  maklum jagoan kecilnya tertidur pulas, jadi tidak bisa main peluk-pelukan, dan adu jotos.

Seperti biasa setiap pergi kerja, Kevin selalu cium keningku dan mengusap rambut Keanu sampai berantakan, terus adu tos, baru berangkat kerja, tugasku seperti biasa, sebagai ibu rumah tangga, ketika suami kerja, langsung ke pasar, masak, dan beres-beres rumah, siang sedikit beri anak makan, nidurin, sore mandiin , dan menyambut suami pulang kerja , makan bareng, terus tidur.  Itulah pekerjaanku setiap hari, aku menikmati itu sebagi anugrah yang luar biasa, tidak ada yang aku keluhkan, sebagi wanita aku merasa sudah sempurna, menikah ,memiliki suami yang tampan dengan pekerjaan yang mapan, juga anak yang tak kalah tampan seperti ayahnya.
Sudah menjadi kebiasaan bila malam sabtu Kevin akan tidur larut malam, menonton tv, atau DVD, tanpa takut bangun kesiangan, maklum hari sabtu dan minggu, kantornya libur.  Malam itu aku melihat dia menikmati sekali film yang di tontonnya, sampai aku tidak tega untuk menggodanya, dan seperti biasa dia juga tidak akan menggodak ku karena sudah kebiasannya langsung tidur.
Lama tidak bertemu Claudia, akhirnya kami memutuskan untuk makan siang bersama, di salah satu cafe yang sudah ia pesan, katanya itu cafe temannya, dan dia terbiasa nongkrong di situ bersama teman-teman sosialitanya.  Meski sebagai ibu rumah tangga yang jarang sekali menghabiskan waktu diluar, aku merasa tidak canggung, terlebih ketika bertemu dengan teman-teman Claudia yang cantik-cantik dan keren. Claudia memang sosok yang menyenangkan, ia memperkenalkan aku dengan teman-temannya, meski aku lebih banyak diam, dan mendengar cerita mereka, tapi aku merasakan kumpul dengan teman-teman ternyata asik juga.  Kebetulan setiap hari kamis Keanu mengikuti sekolah belajar, disitu seminggu sekolahnya hanya satu hari, dari jam 10 pagi, sampai jam 4 sore, jadi aku memiliki waktu yang luang untuk kumpul-kumpul.  Satu persatu teman Claudia pamit , tinggal kami berdua, disitu kami ngobrol banyak, sampai akhirnya Claudia mengatakan bahwa dia sudah menjanda sekitar lima tahun, dan dia tidak memiliki anak.  Setelah petemuan pertamaku dengan Caludia sampai ia bermain kerumah ku, dan kami bertemu di cafe, aku memang tidak pernah menanyakan masalah pribadinya, karena aku memang dari dulu sudah di ajarkan orang tua ku tidak boleh bertanya terlalu mendalam ketika bertemu dengan sahabat lama, jadi aku terbiasa hingga dewasa untuk tidak melakukan itu.  Claudia yang membuka semua ceritanya tanpa sedikitpun aku bertanya, sampai akhirnya ia bercerita kalau ia bercerai  dengan suami, karena dia tau, bahwa suaminya sudah menikah lagi dengan wanita lain dan memiliki anak, karena Claudia merasa mampu menghidupi diri sendiri dari pekerjaannya, akhirnya ia memutuskan cerai, dan suaminya mengabulkan,  setelah bercerai , Claudia mendapat kabar bahwa suaminya meninggal, dan harta suaminya diberikan kepada istri barunya. 
Sebelum kami memutuskan untuk pulang, Claudia bertanya apakah aku percaya kepada semua kegiatan suami ku, tentu saja aku jawab ia, sebab aku melihat Kevin adalah sosok lelaki dan suami yang baik, pulang kerja tepat waktu, bila ada pekerjaan tambahan ia selalu mengabari, dan ketika pulang kerumah langsung bermain dengan Keanu, rasanya tidak pantas bila aku tidak percaya dengan suami ku.


Hari minggu Claudia menelfon dan mengatakan apakah ia boleh main kerumah ku, ya tentu saja ak jawab boleh, karena jujur aku merasa sangat-sangat senang dikunjungi Claudia, kebetulan sekali hari minggu Kevin libur, dan aku berencana untuk memperkenalkan mereka, aku ingin sabahatku menjadi sahabat suamiku juga.
“ mas ini Claudia, temen SD ku,yang waktu itu aku ceritaan ke kamu”, Kevin menjabat tangan Claudia, dan kami duduk di  ruang tengah sambil minum teh hangat. Aku ijin meninggalkan mereka berdua, soalnya Keanu yang sedang tidur siang sedikit terbangun, aku berusaha menidurkan kembali.  Sekitar 10 menit aku meninggalkan mereka berdua, dan ku lihat Claudia tampak cepat akrab dengan suami ku, aku merasa senang sekali, sebab kalau Kevin menyukai Claudia, tentunya ia akan mengijinkan aku  keluar jalan bersama sahabat ku.
Dua minggu selepas pertemuan Claudia dan suamiku, entah mengapa sebelum tidur, Kevin bertanya, apakah aku sering telfon-telfonan dengan Claudia, dan aku jawab sering, Kevin hanya senyum kecil, dan mengambil selimut, mematikan lampu kecil  di sebelah  tempat tidur, terus tidur, aku hanya tersenyum dan mencium pipinya. 

Entahlah, pagi itu tiba-tiba saja aku teringat perkataan Claudia, apakah aku mempercayai suami ku.  Aku merenung sejenak, apa yang harus aku curigai dari Kevin, dia suami yang baik, ayah yang baik, apalagi yang kurang darinya, terlebih masalah keuangan, bisa dikatakan semua gajinya ia berikan kepada ku.  
Lamunanku terhenti tiba-tiba, ketika mendengar suara  HP , aku kenal nadanya, ya benar sekali, ketika aku cari ternyata itu HP suami ku, aku menemukannya persis di depan pintu depan rumah, mungkin terjatuh , aku coba lihat siapa yang menelfon, aku mencoba untuk mengangkat dan mengatakan bahwa HP suamiku tertinggal, takutnya penting, apalagi di layar itu tertulis nama Pak Suprianto. “ ya pak Supri maaf HP suami ku tertinggal, ada yang bisa saya bantu, atau saya sampaikan pensannya”, aku langsung nyerocos maklum takut urusan penting. “ halo ini siapa ya”, orang itu bertanya balik, dan aku sedikit heran, namanya Pak Suprianto kok suaranya perempuan. “ saya istrinya pak eh mbak, HP suamiku tertingga”, jelasku , tapi tiba tiba suara di ujung telfon itu menghilang. Tidak ada perasaan curiga sedikitpun, karena aku fikir wanita itu adalah sekretaris pak Supri.  Tampa mengecek semua isi di dalam HP suami ku,  tiba-tiba aku memiliki perasaan tidak enak, naluriku sebagai perempuan hari itu merasa terganggu, dan ingin tau.  Aku mencoba mengambil HP pribadiku, dan aku coba memencet tombol sesuai nomor  yang bertuliskan nama Pak Supri.  Betapa terkejutnya aku , mengapa nomor itu ketika menggunakan HP ku namanya menjadi Claudia, dan perasaanku semakin tidak karuan, terlebih Claudia tidak menganggkat telepon panggilan dariku, dan ini tidak pernah terjadi sebelumnya, karena biasanya Claudia langsung respon bila aku yang meneleponnya.
Kedua tangannku masih mengenggam HP, kembali aku menelepon Claudia, dan masih tidak ada respon, malah di ujung telfon terdengar nada sibuk. Aku terduduk lemas, fikiranku berkecambuk, ingin tau ada apa, terlebih Claudia baru satu kali yang benar-bernar ngobrol bareng suami ku, apa mungkin mereka bisa secepat ini akrab, aku ingin tahu. Selama aku menikah aku belum pernah sekalipun memeriksa isi HP suami ku, karena aku mengaggap hal itu sesuatu yang pantang aku lakukan, tetapi kali ini aku mencobanya. Tuhan semakin terkejutnya aku, alangkah banyaknya sms dari nama Pak Suprianto di HP suami ku, aku memberanikan diri membaca satu demi satu sms itu.  Jantungku berdegub kencang, tiba tiba rasanya kepala ini terasa berat, dan air mata keluar begitu saja tanpa aku minta. 
Sore itu Kevin pulang ia sama seperti biasa, langsung bermain dengan Keanu.  Sepertinya dia juga tidak ada perasaan yang aneh dengan diriku, padahal sore itu aku tidak menyambutnya dan tidak makan malam bersama dengannya. Dua hari berlalu, aku menujukkan sikap acuh kepada Kevin, aku ingin ia bertanya ada apa dengan diriku, tetapi yang aku tunggu tidak datang juga, Kevin masih cuek. Akhirnya sebelum tidur seperti biasa bila esok hari akan libur, Kevin tidur larut malam, aku memanfaatkannya dengan bertanya , siapa Pak Supri.  Betapa sedihnya aku, Kevin hanya diam, senyum dan mengatakan kalau bukan siapa-siapa, padahal sudah sangat jelas ada kejanggalan bahwa itu Claudia.  Aku mecoba menarik tubuh Kevin yang akan mulai merebahkan tubuhnya dan berbalik memunggungiku untuk tidur. “ sejak kapan kamu berhubungan dengan Claudia “ tanyaku kepadanya.  Akhirnya Kevin mengurungkan tidurnya dan menatap diriku .  Aku meminta Kevin untuk jujur dengan ku, soal salah satu sms dari Claudia yang mengatakan “apakah nikmat sore itu”.  Kevin hanya terdiam lama  untuk tidak menjawab pertanyaan itu, dan akhirnya ia menjawab, setelah aku memaksa.
Malam itu rasanya aku ditikan belati, tak kuat aku menahan apa yang sudah Kevin lakukan, aku merasa selama ini dibodohi, aku dianggap sebagai istri yang hanya berfungsi untuk menjaga rumah dan anak, dan pemuas nafsu sexnya ketika dia membutukan,  aku hanya pelengkap. Jujur aku benar-benar merasa di khianati oleh mereka, perasaanku yang begitu polos ternyata dimanfaatkan, aku benci Kevin aku benci Claudia.
Meski aku kehilangan kepercayaan kepada suamku, dan kecewa atas sikapnya, sebagai seorang Istri aku menjalankan tugas-tugasku seperti biasa, membuatkan sarapan, menyiapkan baju kerjanya, intinya tetap melakukan hal yang sama, yang membedakan adalah perasaan, dulu melakukannya dengan iklas, sekarang melakukan karena kewajiban. Yang paling membuat aku semakin benci, meski aku menujukkan sikap marah dan cuek terhadapnya, Kevin tidak ada respons sedikitpun.
Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, setelah malam itu, aku merasa semakin jauh dengan Kevin, pernah ia pulang larut malam,tanpa kabar, dan ketika pulang seperti biasa, tanpa penjelasan, aku juga tidak berusaha untuk bertanya.  Dan sejak kejadian Hp yang tertinggal aku juga tidak pernah bertemu apalagi saling telepon dengan Claudia.  Sekarang aku merasa sendirian dikota rantauan, setiap hari setelah Kevin pergi kerja aku selalu merasa ingin pulang ke rumah orang tua, tetapi untuk apa, toh rumah ku dikampung halaman juga sudah tidak ada siapa-siapa lagi, ayah ibuku seudah menghadap yang kuasa.  Jujur aku merasa sendiri, rasanya tidak ingin bertahan bila tidak ingan Keanu.

Entah angin apa yang membuat Kevin memeluk tubuhku , mencium, dan kami melakukan hubungan suami istri yang sudah sangat lama tidak kami lakukan.  Aku tetap melayani meski tidak ada perasaan dan sepertinya Kevin juga tidak megitu memperdulikan, ketika ia puas ia juga langsung tertidur.  Melihat Kevin tertidur pulas, aku melihat Keanu yang juga tertidur pulas dikamarnya, aku tidak langsung melangkahkan kaki ke kamarku, aku memilih untuk duduk sendiri di ruang tengah, sambil menghidupkan tv dan mencoba untuk merokok, hisapan demi hisapan terasa nikmat dan menenangkan.  Bersamaan asap yang keluar, fikiranku hatiku merasa sakit , dan sangat membenci Kevin juga Claudia, aku membayangkan apa yang mereka lakukan berdua tanpa aku, apa yang mereka lakukan disore itu.  Akhirnya aku mengingat semua yang sudah terjadi, mulai saling memberi senyum saat berpapasan ketika Claudia pertama kali berkunjung kerumah ku, mengenang saat mereka berdua ngobrol dirumahtu tanpa aku, Tuhan aku merasa dibodohi suami dan sahabatku.
Aku melihat jam malam itu pukul 2 , ketika aku ingin kembali ke kamar tidur, aku melihat Kevin menuju ke arahku, dan dia memintaku untuk duduk, karena ada yang ingin ia bicarakan.  Aku langsung duduk dan tidak sabar ingin mendengar apa yang ia sampaikan.  Kevin menarik nafas panjang, sampai akhirnya ia berani mengatakan kalimat “maaf kalau sudah mengecewakan diriku”. Aku hanya senyum tipis, tetapi hati ini bergejolak, aku meminta Kevin untuk jujur kepada ku.  Lebih dari 8 batang rokok aku hisap malam itu, aku menerima semua asap yang masuk ketenggorokanku dengan iklas meski membuatku batuk, begitu juga aku menerima cerita Kevin ke hatiku meski rasanya sakit.  
 Aku memutuskan untuk kekamar duluan, aku katakan bahwa aku mengantuk, Kevin mengijinkan dan sepertinya ia memilih untuk tidur diruang tengah. Jam menunjukkan pukul 4 pagi, tetapi mata ini benar-benar tidak ingin terpejam, yang ada hanyalah ingin mengeluarkan air mata.  Betapa sedihnya aku, ketika Kevin mengatakan bahwa  selama ini dia tidak pernah sedikitpun mencintai aku, ia menikahi aku karena tidak ingin merusak masa depanku karena perbuatannya saat remaja dulu.  Kevin benar-benar lelaki yang baik, ia sangat bertanggung jawab, sayangnya ketika menikahi aku, ia hanya bermodal lelaki baik, tanpa tambahan mencintai. Sejak pengakuan Kevin bahwa dia tidak mencintai ku, hatiku benar-benar hancur, tetapi berusaha untuk tegar, karena ada Keanu yang harus aku urus, dan Kevin memang lelaki yang baik, bahkan meski ia berselingkuh dibelakangku, ia mengatakan bahwa tetap ingin menjagaku dan Keanu.

Semenjak aku memutuskan untuk mengakhiri rumah tanggaku bersama Kevin, aku belum bisa juga melupakan apa yang sudah terjadi antara suami dan sahabatku, kebencian terus ada di dalam fikiran dan hatiku, padahal dua tahun sudah aku kembali kekota kelahiranku, dan tinggal berdua bersma Keanu, aku juga berusaha mandiri tidak meminta Kevin membiayai kehidupan kami, karena dengan penghasilan menjaitku meski tidak seberapa aku merasa cukup. Keanu sekarang sudah mandiri, sekarang ia sudah TK, kadang kadang sedih juga ketika ia bertanya soal ayahnya, dan bilang kangen ke ayahnya.  Susah juga untuk menjelaskan apa yang telah terjadi dengan kami, paling ketika Keanu bertanya, aku hanya bilang kalau ayahnya kerja jauh, dan pulangnya lama.

Seperti biasa jam 9 pagi aku pulang kerumah dari mengantar Keanu sekolah, sesampai dirumah betapa terkjejutnya aku ketika melihat Claudia sudah berdiri di depan rumahku.  Aku langsung membalikan badan dan berencana meninggalkannya, tetapi panggilan Claudia membuat aku berhenti melangkahkan kaki.  Ingin rasanya aku memukul wajah busuknya, wajah kepura-puraan.  Tapi untung aku bisa menahan emosi, dengan menarik nafas panjang, dan aku berusaha bersikap baik meski hati ini sangat benci sekali dengannya.
“ kenapa kau kesini, kamu tau dari mana kalau aku ada di sini” tanyaku kepadanya dengan muka yang menunjukkan rasa ketidak sukaan.  Claudia hanya terus tersenyum tipis, senyum yang menurutku  sama sekali tidak manis, berbeda dengan senyum yang aku temui beberapa tahun yang lalu.  “ Kevin memberikan alamat ini kepada ku” jelasnya.  Rasanya ketika bibirnya mengeluarkan kalimat Kevin, ingin aku meninjunya, tapi lagi-lagi aku tahan. Akhirnya Claudia membuka omongan dengan kalimat maaf, ia meminta maaf atas perlakuannya terhadapku, ia tidak bermaksu menyakiti hati ku.  Ohh ketika dia bilang tidak bermaksud menyakiti hatiku, langsung mendidih darah ini . “ apa tidak bermaksud menyakiti hatiku, kamu pikir apa, yang sudah Kevin lakukan itu benar-benar membuat aku hancur, terlebih lagi kamu, yang aku anggap sahabat, justru bermain dan mendukung perbuatan suami aku, manusia macam apa kalian berdua” aku berbicara dengan sangat lantang, aku benar-benar sangat marah.  Claudia menangis dan memintaku untuk tenang.  Banyak yang ia ceritakan tentang Kevin, sampai pada akhirnya aku terdiam saat Claudia menunjukkan puluhan foto Kevin dengan satu wanita cantik, aku menangis, ternyata wanita yang bersama Kevin bukan Claudia , ternyata  wanita lain. Belum puas aku membolak balik puluhan foto suamiku bersama satu orang wanita berambut pendek , tiba-tiba Claudia menunjukkan satu foto, yang isinya wanita yang bersama suamiku, tetapi fotonya bersama seorang laki-laki lain, dan lelaki itu menurut Claudia adalah suaminya. Ya Tuhan aku terdiam  , menyenderkan punggungku ke kursi, tetapi tidak bisa berkata apa-apa, ternyata aku salah soal Claudia, aku pikir dialah wanita yang menghancurkan rumah tanggaku, tetapi ternyata rumah tangganya juga hancur oleh Kevin.   Kevin meminta kekasihnya wanita yang difoto itu, untuk mendekati suami Claudia, dan meminta wanita itu memeras harta suami Claudia. Astaga, aku benar-benar tidak menyangka apa yang sudah Kevin lakukan, tidak terbayangkan sekali dalam benak ini, kalau Kevin memiliki sifat yang serakah, apalagi waktu menjadi suamiku ia sangat baik, menunjukkan sikap lelaki yang sempurna, dan menafkahi aku dengan memberikan semua peghasilannya perbulan untuk aku dan kebutuhan rumah tangga. “Pantas selama ini ia memberikan semua penghasilannya kepadaku, ternyata ia memiliki peghasilan yang lain” ungkap ku kepada Claudia.  Aku tak kuat melihat sahabatku yang ternyata sama hancur hatinya dengan ku.  Akhirnya ia menjelaskan kepada ku, bahwa sms yang aku baca ternyata adalah pertanyaan Claudia utuk Kevin, perihal hubungannya dengan wanita yang merusak rumah tangga dirinya.  Menurutnya sudah lama ia ingin memberi tahu perihal ke kelakuan Kevin terhadapku, tetapi ia saat itu ia belum cukup bukti, sampai akhirnya ketika aku tak lagi dengan Kevin, ia bisa melihat dengan leluasa kebebasan Kevin bersama wanita tersebut.  Terlebih ketika suami Claudia meninggal dan aku bercerai dengan Kevin, membuat dua manusia bejat tersebut seperti pasangan kejahatan yang sempurna. Ku peluk erat Claudia saat ia pamit pulang, aku meminta maaf atas tuduhanku selama ini, dan memintanya untuk sering berkunjung kerumahku.  Setelah Claudia berlalu, akhirnya aku teringat kembali pertanyaannya waktu itu apakah aku percaya suamiku.

“mbak kok melamun” tanya seorang gadis, aku tersentak . “ mbak baju kebayaku sudah jadi kan” tanyanya lagi. “oh ya  kebaya itu kan, sudah sudah, yuk ambil di dalem”. Aku melihat raut wajah gadis itu sangat gembira, terlebih ketika mencoba kebaya putih yang akan ia kenakan untuk akad nikahnya.  “mbak nanti jangan lupa ya datang diacara pernikahanku” pintanya. Aku hanya tersenyum dan mengangukkan kepala. Sambil membenahi sedikit kebaya yang ia pakai, tanpa sengaja aku mengatakan “semoga engkau mendapatkan suami yang bukan hanya baik, tetapi memiliki cinta kepada mu”. Gadis itu tersenyum, “ insyaalah mbak” katanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar