Minggu, 13 Juli 2014

Susahnya Menjadi Orang Yang Jujur

Tidak setiap orang bisa menerima kejujuran, terkadang hanya menjadi kalimat klise " jujur aja kenapa, karena aku lebih suka kita blak-blakan di depan dari pada bergunjing dibelakang", atau ada kalimat yang paling biasa kita dengar " mending pecah di perut daripada pecah dimulut",  tetapi nyatanya ketika ada yang berusaha berbicara seadanya dengan kejujuran tanpa embel-embel lainnya, banyak orang yang merasa tersingung, terhina, bahkan ada yang sampai berkelahi.

Tidak sedikit kejujuran yang di ungkapkan dengan maksud kebaikan, malah berujung permusuhan,dan yang lebih parahnya lagi, dulu sangat peduli, sekarang malah seperti mati, tanpa rasa.  Banyak yang mengatakan bangsa Indonesia masih sangat sulit menerima budaya jujur dan terbuka, padahal pendidikan bangsa ini sudah mulai tinggi, belum lagi masyarakatnya , saat ini sudah banyak juga yang menghabiskan uang jalan-jangan keluar negeri.  Nah apakah itu bukan merupakan tiket sebagai pembuka, agar budaya jujur lebih meluas lagi, dan kebiasaan menerima kejujuran nilainya bertambah.
Banyak yang beranggapan jujur itu harus ada klasifikasinya, kalau kejujuran bisa menimbulkan permasalahan, lebih baik di simpan. Tatapi dampak lainnya, yang ada justru pergunjingan di belakang.  " Saya tidak suka dengan kamu malam ini, permainan kamu kurang begitu hangat", ujar Kevin temanku yang berkebangsaan Inggris kepada instrinya Julia.  Aku tersentak saat itu ketika kalimat seperti itu keluar dari mulut sahabatku Kevin, di saat kami makan siang bersama, dalam pertemuan acara sosial di Jakarta, aku bukannya merasa kaget dan merasa Kevin terlalu kasar, aku hanya kaget karena berfikir mengapa dia mengungkapkan kalimat itu di depan aku dan suamiku. Dan yang paling membuatku aneh, Julia justru biasa saja dengan menjawab " aku letih, mungkin karena perjalanan yang panjang". Wowww.. kalau kalimat itu keluiar dari mulut suamiku, mungkin wajahku akan menjadi abu -abu, tidak lagi merona, dan yang paling parah, aku akan beranggapan kalimat itu adalah kalimat memojokkan dan kalimat seorang suami yang tidak mencintai istri.  tapi itu tadi ,nyatanya budaya jujur bagi bule, adalah harga mati, adalah suatu budaya yang harus di aplikasikan sesuguhnya, bukan hanya sekedar ucapan.
Tetapi dengan kondisi yang ada saat ini, apakah Kejujuran bisa benar benar sempurna di terapkan, dalam dunia kerja, dan keluarga????????

Tidak ada komentar:

Posting Komentar