Selasa, 22 Juli 2014

Teman-Teman Mancanegaraku

Teman-Teman Mancanegaraku
Aku tidak banyak memiliki teman dari negara luar, meski hanya beberapa, tetapi kami sering melakukan komunikasi dengan social media yang kami miliki, banyak yang di ceritakan, mulai dari istimewa masing-masing negara, agama, hingga cerita sosial politik.  Alhamdulilah meski mereka teman-temanku banyak berasal dari negara yang liberal, tetapi dalam komunikasi yang kami lakukan, etika kesopanan tetap di jaga.
Yang harus di ingat, memperkenalkan negara kita Indonesia tercinta ini ke negara lain, tidak mesti dengan pertukaran budaya atau hal-hal formil lainnya.  Bagiku memperkenalkan negara Indonesia ini cukup dengan share ke teman-teman mancanegara soal Indonesia...baik makanan, lagu atau hal sederhana lainnya....

Ini teman bule ku, dia bukan teman bule yang pertama, tetapi dia salah satu teman bule terbaik yang aku miliki.  Aku lupa siapa nama aslinya. karena semenjak ia masuk Islam nama perancisnya ia ganti menjadi Hakeem, jadi aku mengenal lelaki ini dengan nama Hakeem, tetapi nama besar keluarga pria asli perancis ini kalau tidak salah adalah Lang.   Pertemanan yang tidak sengaja di media social mejadikan kami semakin intens berkomunikasi, bertukar kabar, informasi, bahkan share soal menu makanan, yang akan kami santap, baik pagi siang atau malam.  Hakeem yang memiliki tinggi sekitar 199 CM ini, belum pernah aku temui secara langsung, paling untuk bercakap kami mengunakan webcam melalui internet.  Dia jufga mengenal dekat anak-anakku, karena sering bercakap-cakap dengan kedua gadis kecilku melalui camera video media social.

Ada yang menarik dari dirinya, yang sangat berkesan, selain Hakeem sering memberikan kado kado cantik untuk putri ku, dia juga merasa mencintai negaraku Indonesia, maklum sejak awal pertemuan aku selalu menceritakan semua tentang negaraku, mulai dari bahasa, budaya, hingga ke artis dan juga tokoh politik negaraku.  Kalau berbagi soal makanan itu tentunya nomor satu.

Ini adalah foto keluarga harmonis temanku yang paling aku suka, istrinya sebagai pengajar selalu mencari tau soal cerita-cerita tradisional asal negaraku, dan akan ia ceritakan kembali ke pada anak didiknya. heeem benar-benar sesuatu yang luar biasa untuk memperkenalkan Indonesia kenegara luar. Ternyata banyak cara ya membuat bangsa ini lebih dikenal lagi...
Nah kalau yang ini adalah Mehmed, ya lelaki tampan ini berasal dari Turkey. sudah 1 tahun aku mengenalnya.  Komunikasi yang kami lakukan memang tidak begitu sering, tetapi aku sangat menyukai dia. secara pribadi aku tidak begitu mengenalnya, tetapi dari komunikasi yang kami lakukan, ada sesuatu yang aku suka darinya, jujur, dan sedikit nakal.  tetapi malam tanggal 21 Juli 2014, adalah komunikasi panjang yang kami lakukan. kami bercerita banyak soal Palestine.  Aku bangga padanya dan negaranya , ternyata memiliki hati yang bersih , memiliki hati yang peniuh kasih untuk sesama Muslim..."Save Palestine" ujar kami malam itu. 





Minggu, 13 Juli 2014

Taslim Dan Fatiah

Merindukanmu





Mereka orang tua ku Taslim Chaniago dan Fatiah....foto mereka inilah yang masih tersisa sebagai kenanganku, ketika aku merindukan Ayah dan Ibu ku.  Ayahku merupakan keturunan Padang , ibu ku Jawa Barat dan Jawa Tengah. Aku benar-benar merasa bahagia memiliki  mereka meskipun hanya sesaat, karean saat usiaku akan genap 5 tahun. ibu ku meninggal dunia, sementara ayahku tak lama berselang , harus menikah lagi dengan janda beranak satu.  Mulai saat itu, aku yang hanya anak tunggal dari mereka, di asuh oleh orang tua ibu ku.  Aku masih beruntung nenek, kakaek,paman dan bibi ku merupakan orang yang berhati mulia, mereka tulus mengasihiku, bahkan nenekku yang pada saat itu sangat mapan dalam segi ekonomi, selalu memberiku yang tebaik, mulai dari kasih sayang, sandang pangan dan papan.



Aku sangat sedikit sekali memiliki foto-foto ibuku dan foto masa kecilku, mungkin karena pada saat itu untuk mengambil foto diri tidak segampang saat ini, jadi membuat dokumentasi foto keluarga sangat sedikit sekali.  bahkan yang paling menyedihkan aku tidak memiliki foto kenang kenangan kakek dan nenekku, padahal mereka adalah orang yang paling berjasa dalam hidupku, yang memberikan jiwa dan raganya untuk cucu yang mereka cintai.


Ibu, kakek , nenek meski engkau tidak lagi bersama kami, tetapi aku tetap merasakan kalian masih dekat bersama ku.  Terkadang ketika aku melihat foto-foto pernikahan ku dan anak-anak kecilku, dalam hati ini berkata "aku akan mendidik mereka seperti kalian mendidik diriku".

Susahnya Menjadi Orang Yang Jujur

Tidak setiap orang bisa menerima kejujuran, terkadang hanya menjadi kalimat klise " jujur aja kenapa, karena aku lebih suka kita blak-blakan di depan dari pada bergunjing dibelakang", atau ada kalimat yang paling biasa kita dengar " mending pecah di perut daripada pecah dimulut",  tetapi nyatanya ketika ada yang berusaha berbicara seadanya dengan kejujuran tanpa embel-embel lainnya, banyak orang yang merasa tersingung, terhina, bahkan ada yang sampai berkelahi.

Tidak sedikit kejujuran yang di ungkapkan dengan maksud kebaikan, malah berujung permusuhan,dan yang lebih parahnya lagi, dulu sangat peduli, sekarang malah seperti mati, tanpa rasa.  Banyak yang mengatakan bangsa Indonesia masih sangat sulit menerima budaya jujur dan terbuka, padahal pendidikan bangsa ini sudah mulai tinggi, belum lagi masyarakatnya , saat ini sudah banyak juga yang menghabiskan uang jalan-jangan keluar negeri.  Nah apakah itu bukan merupakan tiket sebagai pembuka, agar budaya jujur lebih meluas lagi, dan kebiasaan menerima kejujuran nilainya bertambah.
Banyak yang beranggapan jujur itu harus ada klasifikasinya, kalau kejujuran bisa menimbulkan permasalahan, lebih baik di simpan. Tatapi dampak lainnya, yang ada justru pergunjingan di belakang.  " Saya tidak suka dengan kamu malam ini, permainan kamu kurang begitu hangat", ujar Kevin temanku yang berkebangsaan Inggris kepada instrinya Julia.  Aku tersentak saat itu ketika kalimat seperti itu keluar dari mulut sahabatku Kevin, di saat kami makan siang bersama, dalam pertemuan acara sosial di Jakarta, aku bukannya merasa kaget dan merasa Kevin terlalu kasar, aku hanya kaget karena berfikir mengapa dia mengungkapkan kalimat itu di depan aku dan suamiku. Dan yang paling membuatku aneh, Julia justru biasa saja dengan menjawab " aku letih, mungkin karena perjalanan yang panjang". Wowww.. kalau kalimat itu keluiar dari mulut suamiku, mungkin wajahku akan menjadi abu -abu, tidak lagi merona, dan yang paling parah, aku akan beranggapan kalimat itu adalah kalimat memojokkan dan kalimat seorang suami yang tidak mencintai istri.  tapi itu tadi ,nyatanya budaya jujur bagi bule, adalah harga mati, adalah suatu budaya yang harus di aplikasikan sesuguhnya, bukan hanya sekedar ucapan.
Tetapi dengan kondisi yang ada saat ini, apakah Kejujuran bisa benar benar sempurna di terapkan, dalam dunia kerja, dan keluarga????????

Minggu, 06 Juli 2014

Mari Mengenal Dan Lestarikan Bahasa Palembang



Kota ku kini  Cantik,Indah dan semakin Maju, tetapi sayang aku menilai ada kemunduran dari kemajuan kota ku, yaitu "Bahasa Daerah". Saat ini  semakin hari semakin berkurang yang menggunakan bahasa Palembang, bahkan di perkampungan Palembang ada beberapa warga Palembang asli yang menggunakan bahasa Indonesia , terutama ketika para orang tua berkomunikasi dengan anak-anaknya yang masih kecil , "Nyimas Kamu Mau Kemana", ujar salah satu ibu muda kepada gadis kecilnya yang  berusia 7 tahun, yang beberapa waktu lalu aku dengar , ketika aku bertandang ke salah satu rumah sahabatku di kawasan Seberang Ulu. Aku menyayangkan bahasa Palembang tidak di gunakan oleh ibu muda itu kepada anaknya, bukan berarti aku membenci bahasa Indonesia. Aku hanya beranggapan mengapa mereka warga keturunan asli Palembang, kok tidak mengenalkan bahasa daerah nenek moyang mereka kepada anak-anaknya sejak kecil, bukankah anak-anak itu yang nantinya memperkenalkan dan menjaga budaya dan bahasa daerah  mereka ketika besar kelak agak tidak hilang di telan zaman. 
Setelah mendengar ibu muda itu menggunakan bahasa Indonesia kepada anaknya, akupun bertanya kepada sahabatku , yang kebetulan dia juga keturunana Asli Palembang , soal minimnya bahasa Palembang saat ini di gunakan oleh para ibu muda kepada anak mereka, " baso Plembang kan agak kasar, kadang kurang enak be kalo semisal budak-budak kecik bebaso Plembang medok, kalo pakek baso Indonesia kan cak keren itu, cak anak uwong kayo yang bependidikan", jelas temanku.  Mendengar penjelaskan temanku, aku sedikit kurang sependapat, menurutku mengapa harus malu dengan basa daerah sendiri, justru yang seharusnya ada adalah perasaan " bangga" dengan bahasa nenek moyang, dan harus dilestarikan.  Bahasa Indonesia memang bahasa negara kita yang tercinta, tetapi perlu di ingat, bahasa Indonesia selalu digunakan dan di dengar hampir di semua tempat, dan juga bahasa Indonesia adalah salah satu mata pelajaran wajib di sekolah, jadi jangan pernah takut anak-anak tidak mengenal bahasa Indonesia.
Akhirnya akupun mengulangi bahasa yang disebutkan ibu muda itu kepada temanku , dan meminta temanku untuk mengganti dengan basa Palembang, “ Nyimas kamu mau kemana”, ternyata bahasa Palembangnya  Inggilnya  “Nyimas ayun kepundi”, sementara bahasa Palembang biasa “Nyimas nak kemano”. Dan akupun mengatakan kepada temanku, semoga bahasa Palembang yang kita gunakan saat ini tidak hilang ditelan zaman seperti bahasa Palembang Inggil, agar terus terjaga, kuncinya adalah di kita para orang tua untuk memperkenalkan kepada anak-anak, dan menanamkan rasa bangga juga cinta bahasa daerah. Seperti orang Jawa, Sunda dan Medan atau daerah lainnya, yang selalu menggunakan bahasa daerah mereka kepada anak-anak, dan selalu  bangga memperkenalkan bahasa daerahnya ke semua orang.  Aku lahir di Palembang, tetapi aku keturunan Jawa dan Padang, meski demikian aku   berharap, bahasa Palembang lebih dikenal lagi, bahasa Palembang lebih di lestarikan lagi, agar semua orang tidak mengenal Palembang dengan Pempek saja dan sebutan “ Wong Kito Galo” , tetapi mereka juga akrab dengan bahasa Palembang, seperti kita akrab dengan bahasa Jawa atau bahasa lainnya.


Kamis, 03 Juli 2014

Tetaplah Jadi Matahari Kedua Ku







Memiliki kalian itu adalah sesuatu yang paling membanggakan, karena kalian itu seperti udara kedua dalam kehidupan ini. Ketika hati  resah dan fikiran penat, kalian adalah penghibur. Rasanya tak berhenti rasa syukur terucap atas berkah luar biasa dari sang Kuasa, yang menganugrahkan kalian dalam satu  kali hidup ini.  Tak bisa di pungkiri, selain kesenagan atas hadirnya kalian, ke "Khawatiranpun " datang, rasa cemas akan kehilangan pun  sering menghantui.  Hal ini mungkin dikarenakan perasaan kasih yang teramat sangat untuk kalian. Pintaku tidak lah banyak " tetaplah bersamaku, dan tetap jadilah matahari kedua ku".

Selasa, 01 Juli 2014

Pempek-Pempek.......




Bagi masyarakat Kota Palembang, Pempek dan Model merupakan makanan yang selalu di nikmati hampir setiap hari, bahkan ada beberapa daerah tertentu yang memiliki penduduk asli Palembang mengatakan, wajib  makan Pempek dan Model setiap hari, karena kalau tidak berasa ada yang kurang.  Ya begitulah memang kenyataanya, bisa di katakan Pempek dan Model adalah jenis makanan tradisional yang berbahan utama ikan dan sagu ini , tidak ada jenuhnya untuk dimakan.
Pada hari raya Idul Fitri biasanya makanan ini selalu tersedia hampir di setiap rumah, dan anehnya meski di rumah sendiri membuat pempek atau model, tetapi ketemu ke rumah orang, Pempek, Model atau Tekwan tetap menjadi makanan yang di buru. 
 Pempek atau Model kalau di Palembang lebih banyak menggunakan ikan Gabus, Tenggiri,Kakap,atau  ikan Parang-parang, katanya rasa lebih nikmat.  Dulu Pempek atau model, masyarakat Palembang biasa membuatnya dengan Ikan Belida, tetapi karena ikan ini langka jadi lebih banyak menggunakan jenis ikan Gabus atau Tengiri.
Menurut sejarah Pempek telah ada di Palembang sejak masuknya para perantau Cina, atau di sekitar abad ke-16, saat Sultan Mahmud Badarudin II berkuasa di Kesultanan Palembang Darussalam. Nama Pempek sendiri diyakini berasal dari kata Apek, sebutan untuk anak lelaki Cina.
Banyak cerita soal Pempek yang berkembang di masyarakat Palembang, seperti cerita si Apek, lelaki asal Cina yang baru datang ke Palembang, ia tinggal di pinggiran sungai Musi, dan merasa prihatin dengan tangkapan ikan warga yang berlimpah, tetapi di konsumsi dengan cara di goreng, karena si Apek memiliki ke ahlian dalam bidang masakan, ia mencoba mencampurkan daging ikan dengan tepung tapioka atau sagu.  Ternyata eksperimen nya berhasil dan rasa makanan menjadi enak, ia pun menjal makanan itu dengan berkeliling sepeda, dan warga sering memanggil pek-pek. alias Apek.  karena panggilan pek-pek di ucap dengan cepat, akhirnya makanan ini dinamai Pempek.
Apapun ceritanya, yang pasti Pempek merupakan makanan yang sangat lezat dan nikmat, yang paling utama di dalam Pempek sendiri banyak sekali kandungan Vitaminnya. Karena di dalam pempek terdapat kabohidrat yang bermanfaat bagi tubuh karena menambah energi, karbohodrat pempek terdapat dari tepung sagu.dan kabohidratnt\ya termasuk "kabohodrat polisakarida".  Sementara Protein di dalam Pempek terdapat dari kandungan Ikan.  jadi wajar saja bila Pempek atau Model selalu di konsumsi oleh masyarakat Palembang, karean ternyata memiliki kandungan gizi yang baik untuk tubuh.  Tetapi tetap di ingat Pempek dan Model yang sehat, adalah yang tidak mengandung MSG juga bahan-bahan kimia lainnya. (C'Mar)