Apakah bahasa Indonesia tak
menjual?, apakah bahasa Indonesia tak enak didengar?, mengapa sekarang ini
susah sekali saya menemukan nama jalan, nama rumah, gedung , dan lainnya
berbahasa Indonesia. Bukankan bahasa
Indonesia itu di atur dalam UU no 24 tahun 2009, dan juga tanggal 28 Oktober
kita memperingati Sumpah Pemuda, yang dua butir di dalamnya menyebutkan soal
bahasa, Kami Putra dan Putri Indonesia Mengaku Bahasa Yang Satu Bahasa
Indonesia. Kami Putra dan Putri Indonesia, Menjunjung Bahasa Persatuan Bahasa
Indonesia.
Saat saya kecil dulu hampir semua tulisan nama jalan, gedung,
tempat perbelanjaan, nama perumahan, sampai ke taman, berbahasa Indonesia, dibaca dan disebut, tetap enak enak saja terdengar di telinga, seperti
naman Taman Nusa Indah di daerah saya. Tetapi
kenapa sekarang banyak orang yang menggunakan bahasa asing ya, apakah tidak ada
yang memperhatikan, apakah banyak yang tidak mengerti, atau memang pejabat dan
pemerintah ini tidak perduli. Bahkan dengan kejam mengganti nama yang sudah berbahasa
Indonesia dengan kata –kata asing.
Dari sepuluh remaja SMA yang saya
tanya, semuanya menjawab lebih sering
menggunakan kata “sorry” ketimbang “maaf”, baik dalam lisan maupun tulisan. Kalau
ini terus di biarkan bisa jadi Bahasa Indonesia akan semakin terbelakang, dan
satu kata setiap hari akan punah dan nyaris tak terdengar.
Saat ini juga remaja tidak
diberikan contoh dan diberikan bekal untuk lebih mencintai Bahasa Indonesia. Acara di TV juga saat ini banyak yang
menggunakan istilah asing, para pembawa acaranya, tamu undangannya, dan juga
pemainnya kerap menggunakan bahasa asing. Wajar kalau mereka meniru prilaku
tersebut. Sementara lembaga-lembaga yang berwenang tampak diam tanpa gerakan,
bukankah seharusnya peka akan hal itu.
Sudah saatnya kita “ Kawal
Bahasa Indonesia”, sudah saatnya para “ Pejabat dan Pemimpin Negeri Ini ” memberikan contoh dan memberikan
pengertian ke rakyatnya untuk “Peduli
dan Menggunakan” Bahasa Indonesia . sebab bukan berarti “ banyaknya “ orang asing datang ke bumi
ini, membuat kita mengedepankan bahasa mereka dan melupakan bahasa sendiri... ayo
peduli bahasa Indonesia, Ingat kalau tidak dimulai “ SAAT INI” kapan lagi, dan kalau bukan “ KITA” siapa lagi. Dan bukan berarti menggunakan “ ISTILAH’ asing kita akan terlihat lebih
“PINTAR dan BERKELAS”, sebab yang menentukan semua itu adalah sebuah “PRILAKU”.
“Aku
memang bukan siapa siapa, aku tidak memiliki karya, aku hanya orang biasa,
tetapi ijinkan aku Indonesia untuk mencintai mu, biarkan aku menjaga mu meski
aku memiliki kemampuan hanya se ujung kuku”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar