Selalu saja terkenang
masa
lalu setiap kali membeli, melihat
dan melahap roti komplit. Mungkin roti ini tak lagi sepopuler puluhan tahun
lalu, maklum sekarang banyak sekali roti dan makanan moderen lainnya. Bahkan suami
saya saja sering bilang gini “ ini sudah 2017 Dini kok belum bisa pergi dari
roti komplit sih”. Meski ngomel-ngomel tetap saja dia baik kalo istrinya minta
dibeliin roti berlapis kacang,susu dan srikaya ini pasti di beliin juga.
Mungkin roti ini tak
lagi populer, tak lagi seenak dulu dan dianggap makanan yang jarang di bawa
sebagai tentengan atau buah tangan saat berkunjung kerumah saudara, juga melihat
rekan kerja yang sedang sakit. Tetapi bagi
saya ROTI KOMPLIT itu istimewa dan cerita dibaliknya benar benar lengkap dan
komplit.
Saat hamil anak pertama
roti komplit adalah makanan pertama yang dinginkan bahkan sampai terbawa mimpi.
Anak kedua dan ketiga pun juga. Meski masih banyak di kawasan rumah kami yang jual, tetapi roti
komplit yang ingin dan dirindukan untuk dimakan iyalah roti komplit di kawasan 16
Ilir Palembang, tepatnya itu seberang masjid Agung. Kenapa harus yang itu dan
kenapa juga inginnya yang dikawasan itu. Dulu tahun 80 an penjual roti komplit
banyak sekali berada di kawasan ini, jadi seandainya habis berbelanja
disekitaran pasar 16 Embah Kakung saya selalu meyempatkan membeli roti untuk cucu kesayangannya, dulu roti komplit
termasuk makanan istimewa selain martabak bangka. Sebagai cucu satu satunya,
apapun yang diminta selalu di kabulkan. Bahkan karena sering memesan roti
komplit si mamang penjual sangat hafal, jadi kalau Embah Kakung saya beli, dia
menambahkan lebih banyak taburan kacang
dan srikayanya. Bagian tengah adalah bagian yang paling aku suka, jadi Embah
selalu menyisihkan bagian tegah, dikumpulkan dalam satu wadah, sementara bagian
lainnya untuk bulek dan paklek saya, kebetulan saat itu mereka masih muda dan
remaja, mereka sebagai anak tidak perotes kepada bapaknya, dan mengerti kalau
keponakannya selalu menyukai bangian tegah saja.
Roti komplit juga
memiliki kenangan tersendiri antara ayah dan anak. Saat kuliah dulu saya juga
bekerja paruh waktu sebagai SPG dan penyiar radio. Saat terima gaji pertama,
saya senang sekali dan telfon ayah, saya ingin sekali gaji pertama saya bisa
dinikmati semua keluarga. Saking senangnya saya langsung telpon ayah dan tanya
mau dibeliin apa, eh siaya jawabnya gini “ beliin ayah roti komplit aja Nong”. Itu
katanya. Ayah saya emang selalu panggil saya Nonong dri dulu sampai saya setua
ini, bahkan ia lupa kalau nama saya sebenarnya itu Novita Candra Taslian Dini. Hehe
pernah dulu ada temen kulaih cowok telpon kerumah terus nanya gini “
asalamualaikum pak, Novitanya ada”, eh ayah saya jawab “ siapa Novita, maaf nak
salah sambung disini ngak ada nama Novita”. Pas telpon sudah di tutup dia baru
sadar kalau anak kesayangannya itu bernama Novita , terus dia bilang gini “
Nong tadi ada temen kamu telpon, tapi ayah lupa nama kamu Novita jadi ayah
bilang salah sambung, dan saya juga lupa nanya nama yang telpon tadi siapa”..hadeeeeh
si Ayaaah.
Banyak sekali
sebenarnya yang ingin di ceritakan disini, tapi sebelum mengetik si air mata
pakek acara jatoh ke pipi, padahal orak baru aja mau inget masa lalu...
Heeeeeem....Semoga
tenang di surga Embah Kakung dan semoga ayah selalu sehat selalu, dan panjang
umur.