Selasa, 26 April 2016

SURAT BUAT IBU KARTINI , KAPAN-KAPAN KITA MEET UP YUK??




   











Palembang,  21 April 2016

Kepada Yth
Ibu Kartini Tercinta
Di
Tempat



Dear Ibu Kartini
Asalamualaikum ibu, apa kabar , masih sibuk nulis surat, buku , atau saat ini  lebih aktif di organisasi perempuan?, sekarang ini sebenarnya saya   pengen panggil bunda ke ibu biar terkesan lebih akrab, kalau panggil mami emang ngak kepengen, takut kesannya jadi kayak genit-genit gitu hehehe, tapi kata suami saya mending panggil ibu biar kesannya lebih kayak ibu dan anak. Hadeeeh suami saya bisa-bisanya nimbrung istri lagi buat surat, kalau boleh cerita dia baik loh bu , bantuin saya nulis surat lebih konsentrasi, barusan dia bawain kopi, terus dikamar dia puterin lagu kesukaan saya dari Sting, judulnya shape of my heart. Musiknya itu buat saya suka banget  terus liriknya dalem banget bu,kalau ngak percaya coba ibu download  yakin deh bakal suka.
Ngomong-ngomong sudah lama saya ngak kirim surat ke ibu, terakhir pas SD, sekitar 29 tahun yang lalu, saat ikut lomba menulis surat di SD Negeri 92 Kertapati, xixixi SD itu sekarang sudah ngak ada lagi bu, karena digusur bangunannya oleh perusahaan batubara sebagai perluasan area parkir mobil dan gudang batubara. eh iya nih saya lupa, mau banyak cerita tapi belum mengenalkan diri, nama saya Dini, sekarang sudah punya anak 3, alhamdulilah karena perjuangan Ibu Kartini untuk emansipasi  perempuan, Dini bisa bersekolah hingga kejenjang yang tinggi, bisa bekerja sebagai jurnalis dan program director di salah satu radio di Palembang. Mengagumi ibu sebagai sosok perempuan yang hebat memang bermanfaat sekali,menjadi diri termotifasi bisa melakukan banyak hal dan tak tumbuh menjadi wanita yang cengeng, lemah atau apalah, itu dikarenakan  tulisan surat ibu kepada para sahabat di Belanda  sangat berpengaruh dalam kehidupan saya, door duisternis toot lich atau habis gelap terbitlah terang, buku dari kumpulan surat itu seperti oksigen bagi saya.
“ aku pikir tidak jadi orang soleh pun tidak apa-apa asalkan jadi orang baik hati, bukankah begitu Stella?” . ini adalah sebagian isi surat ibu yang di tulis untuk sahabat di Belanda bernama Stella Zihandelaar, yang menurut saya memiliki makna yang dalam, Surat ini ibu tulis tanggal 6 November 1899.  Jujur saya berulang kali membaca surat ini , dan dibagian tulisan ini benar-benar membuat saya tertegun, kalimatnya luar biasa indah. Selain ini ada lagi surat-surat ibu yang paling saya suka, saat ibu mengutarakan kesedihan, di sini saya membaca bagaimana ibu memang merupakan orang cerdas yang terkekang, saya melihat betapa besarnya keinginan ibu untuk lebih pintar dan mengetahu banyak hal. Saya baca surat ibu yang dikirim ke Ny Abendanon, tanggal 15 Agustus 1902,  benar-benar berisi emosi jiwa, bagaimana kesalnya ibu akan peraturan Belanda saat itu yang melarang para ulama dan Kyai menerjemahkan Al Quran dalam bahasa jawa , karena takut jiwa perlawanan rakyat Indonesia akan terbangkit. Di dalam surat ibu ke ada Ny Abendanon betapa terlihatnya ibu ingin sekali mendapat banyak pelajaran berharga dari berbagai bidang ilmu, bahkan ibu menerangkan dalam surat itu alangkah tidak menyenangkan membaca Al Quran tetapi tidak mengetahui makna dan artinya. Tetapi setelah ibu mendapatkan arti sedikit surat dalam Al Quran dari Kyiai Soleh Darat, betapa ibu merasa bahagianya seolah mendapatkan hujan ditengah gurun. Setelah mendapatkan pelajaran berharga dari arti surat Al Quran, betapa makin cintanya ibu dengan Islam, sehingga ibu menulis surat kepada sahabat lainna di belada kepada Ny Van Kol, tanggal 21 Juli 1902, yang isinya “ saya bertekat dan berupaya memperbaiki citra Islam, yang selama ini kerap menjadi sasaran fitnah. Semoga kami mendapat rahmat, dan bekerja membuat agama lain memandang Islam sebagai agama yang disukai”. Subhanawloh sekali, ibu sudah menyatakan hal ini disurat, sebelum Islam itu tercoreng namanya dan dianggap kaum barat sebagai agama terorist pasca serangan 11 September 2012 gedung WTC Amerika.
Ibu sekarang lagi baca surat saya sambil duduk di kursi bambu depan rumah ya?, yang  halaman dipenuhi anggrek  subur, ujung pagar ditumbuhi bunga melur, terus ngak kepanasan karena sejuk banyak pohon besar rindang, pastinya enak  sekali ya bu disana. Ibu terima kasih, sekarang ini perjuangan ibu benar-benar bisa dirasakan semua wanita di Indonesia, tetapi yang jadi masalah  adanya perbedaan masanya ibu dengan kita saat ini,  kalau dulu para wanita yang merasa bebas karena perjuangan ibu, benar-benar melakukan perubahan dalam diri mereka menjadi lebih bermanfaat bagi nusa bangsa, mereka belajar disekolah, menimba ilmu setinggi mungkin dan langsung mengaplikasikan ke masyarakat tanpa memikirkan uang lelah dan jasa, temen temen ibu menjadi wanita “pengabdi” bangsa yang hebat. Sebaliknya saat ini ketika tidak ada lagi kesulitan untuk menimba ilmu, justru banyak wanita yang sekolah tinggi itu hanya untuk sebuah gelar dan mendapatkan ijazah sebagai syarat bekerja, akhirnya banyak yang bersekolah tinggi tetapi terkesan bodoh.  Saya ngomong sempertin ini bukan sentimen atau apa, tapi kenyataanya seperti ini, semakin tahun justru menurut saya wanita itu mengalami kemunduran, emansipasi yang sesuguhnya ibu maksudkan itu sedikit terburamkam. Ambil contoh dulu ada wanita hebat seperti Aisyah Amini saking hebatnya ia sampai djuluki sebagai singa podium, dan menjadi wanita politikus hebat, dalam bidang seni, ada Cristin Hakim, Uli Sigar. Mereka itu berkarya memang bukan semata-mata untuk popularitas tapi ada perjuangan yang ingin mereka majukan di bidangnya. Sementara sekarang artis-artis Indonesia yang konsen dengan itu sudah sangat jarang sekali, bahkan bisa dikatakan selepas mereka nanti mungkin tidak akan ada yang menggantikan.  Artis kita sekarang ini lebih moderen tetapi ketika berlakon tidak ada unsur edukasinya, makanya sekarang ini saya sangat sedikit sekali meluangkan aktu untuk menonton tv karena tontonan di tv sudah sangat jarang sekali yang mendidik, akhirnya banyak generasi bangsa justru terbuai oleh ketidakkaruan dan kegalauan sinetron.
Ibu maaf juga sebelumnya, kalau saya mengatakan saat ini antara emansipasi dan sesuap nasi itu berbeda tipis.  Dulu wanita bekerja untuk mengaktualisasikan dirinya agar lebih bisa berguna bagi nusa dan bangsa, kalau sekarang kami bekerja mungkin mengesampingkan itu, karena kami bekerja sekarang demi keluarga dan membantu suami mencari nafkah, karena saat ini kalau wanita tidak bekerja susah bu, semua kebutuhan pokok mahal, rasanya tidak tega melihat suami pontang-panting mencari nafkah sendirian, makanya kami menggunakan sedikit kemampuan kami ini untuk membantu demi tercukupinya sandang, pangan papan keluarga.
Ibu  apapun yang terjadi saat ini dengan para wanita, saya tetap merasa kalau  berkat ibu kami menjadi wanita yang kuat, apapun tujuan kami bekerja,tetapi intinya kami bisa begini karena perjuangan ibu, kerja keras ibu, maaf kalau kahir-akhir ini ibu sedikit menangis melihat kondisi kami, tetapi yakinlah wanita Indonesia itu hebat, akan tetap bermunculan juga Kartini-Kartini masa depan yang luar biasa ,yang mengharumkan nama bangsa, doakan kami selalu ya bu Insyaalah kami akan terus pegang teguh apa yang menjadi cita-cita luhur ibu.
Sebenarnya masih banyak yang ingin saya ceritakan di surat ini, masih banyak uneg-uneg yang menganjal di hati, tapi anak saya yang kecil nagis terus, belum lagi bapaknya dari tadi gangguin ada aja yang di usilinnya. Ibu kapan-kapan kita meet up yuks, kita selfie kalau ibu punya waktu kita kumpul-kumpul juga sama FJKS, eh lupa kasih tau ke ibu , kalau di Palembang kita ada perkumpulan para jurnalis wanita loh bu, namanya Forum Jurnalalis Kartini Sumsel, tanggal 21 April nanti akan ada acara, dateng ya bu.
Eh iya hampir lupa, ibu ada salam dari anak saya Anisa yang sekarang kelas 4 SD, katanya tanggal 21 April nanti dia mau pakek kebaya ala ibu di sekolahnya. Heheheh saya udah nyiapin kebaya coklat kancing depan, semoga muat, maklum dia gendut banget jadi kalo nyari kebaya ngak bisa yang anak-anak harus ukuran orang dewasa.... ok ibu dilanjutya istirahatnya, kapan-kapan saya kirim surat lagi ya. Semoga ibu selalu diberikan kesehatan biar bisa terus baca surat-surat saya ya..salam ibu...

Hormat Saya

Novita Dini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar