Selasa, 26 April 2016

Akhirnya Aku Merasakan Kebebasan...



Namaku Luisa Meri, yang  selalu merasa menjadi anak tunggal itu sungguh tidak menyenangkan penuh dengan kekangan, mau main kesini ngak boleh  ngerjain ini itu juga ngak boleh, terus kalo kemana-mana selalu didampingi, huuf pokoknya semua tidak menyenangkan.  Kadang sering berhayal ingin kayak yang lain punya saudara banyak, bisa cerita sambil ketawa ketiwi, lah aku tinggal di rumah besar kamarku juga besar tapi ngak ada orang, sepi banget, herannya orang tuaku juga selalu ketawa kalau aku minta dibelikan tv, apa yang aneh coba, masak aku ngak boleh nonton tv, dan apa  lucunya kalau seorang remaja seperti aku ingin nonton tv di kamar.
Kesel lagi-lagi aku selalu ditertawain sama kedua orang tuaku, kali ini bukan karena minta di belikan tv, tetapi karena minta ingin pindah rumah, habis aku bosan, rumahku sepi sekali dan menurutku terlalu besar hanya untuk kami bertiga.  Ya sebenarnya rumahku termasuk indah, punya halaman luas, sejuk karena banyak pohon besar rindang,di samping, depan hingga belakang rumah. Meski indah, bagi ku itu tidak menyenangkan sama sekali, aku ini remaja yang butuh kecerian, aku ini berusia 17 tahun tapi benar-benar kesepian, kalian tidak tau bagaimana hampanya aku ini, tidak boleh bersekolah, karena ibuku beralasan kalau dirinya bisa mengajarkan aku membaca menulis dan berhitung tanpa perlu pergi kesekolah, sekolah menurutnya tidak cocok untuk anak seperti ku,  ibuku juga bilang kalau aku ini terlalu pintar jadi sekolah hanya menghabiskan waktu dan tidak berguna , juga membahayakan , gila ngak??,
Seperti biasa setiap hari aku selalu dikamar membaca buku-buku dengan berbagai cerita, hanya itulah kesibukanku, terkadang tanpa terasa sehari aku menghabiskan tiga hingga empat buku , dengan tebal  beratus-ratus halaman. Selesai membaca biasanya aku berhayal bisa merasakan keceriaan remaja seperti cerita didalam buku, punya teman banyak, bisa jalan-jalan kepantai, naik gunung, ke mall, ngomongin pacar, lah aku boro-boro punya pacar punya teman perempuan saja ngak pernah.
Siang itu sebelum pergi kerja ibu ku bilang kalau saudara sepupuku akan berkunjung kerumah, wah bukain main senangnya, rasanya kalau didatangi saudara itu suatu anugrah sekali, apalagi yang datang adalah Carolin anak dari adik ibu ku, usianya juga sebaya dengan ku, kalau datang pasti seru sekali, dia anaknya periang, heeem pastri banyak sekali cerita-cerita indah diluar sana yang akan ia sampaikan kepadaku, apalagi Carolin anaknya sangat kekinian sekali. Aduuh  ngak sabar menunggunya datang.
Aku melompat kegirangan ketika suara lonceng rumahku yang menggelegar itu berbunyi, aku langsung berlari kearah pintu,  tak sabar membuka, biasanya kebiasaan kami kalau bertemu langsung berpelukan.
Tanpa perlu pikir panjang aku langsung memeluk sosok yang ada di depan pitu, ku peluk erat-erat  dengan mataku yang terpejam.  Tetapi betapa kagetnya aku, ternyata yang aku peluk dengan sekuat tenaga dan kerinduan  bukan Carolin yang sejak tadi aku tunggu, tetapi sosok lelaki tinggi berkulit putih dan bermata coklat , cengar cengir tepat didepan wajahku.  Buru-buru aku lepaskan pelukanku membenahi tampilan rambutku dan mundur dua langkah secara teratur. “helo, kamu tinggal di rumah ini, boleh aku masuk,habisnya diluar panas” , ni orang berani sekali pikirku dalam hati, belum kenal sudah minta mau masuk kedalam rumah. “maaf kamu siapa,” tanyaku. Eh dia langsung nyelonong masuk rumah tanpa menjawab pertanyaanku, langsung aku tarik tas yang masih terselempang dibahu kirinya, terus memintanya untuk pergi dari rumahku. “ aduh ngak usah kasar begitu juga kali, ok ok aku akan pergi, cuma please lepasin dulu tangan kamu, gimana aku mau pergi kalo tas aku ini masih kamu pegang “ pintanya, terus dia langsung nyelonong pergi, aku hanya mengernyitkan dahi terus langsung tutup pintu, takutnya dia berubah fikiran terus  masuk rumah, terus dan terus, iihhh tiba-tiba aku kepikiran yang enggak-engak
Kelang berapa jam kemudian lonceng rumah berbunyi lagi, kali ini aku tidak buru-buru membuka pintu apalagi langsung main peluk, takut kejadian sebelumnya terulang kembali. Lonceng rumah terus berbunyi kali ini lebih ramai, aku membuka sedikit pintu dan betapa leganya ternyata kali ini yang datang benar-benar sepupuku yang sudah dari tadi ak tungu.
“ lama amat sih buka pintunya tumben ngak langsung peluk aku, sudah ngak kangen ya sama aku, haduuh ada minum apa ni di dapur aku haus banget, heiii aduuh kamu kenapa helooo”, Carolin langsung menggeret tangaku, yang dari tadi hanya berdiri bengong melihatnya datang, ia terus melangkah ke arah dapur. Sambil narik nafas panjang setelah meneguk segelas air dingin dari dalam lemari es, ia langsung bercerita ini itu dan hal luar biasa indah di luar sana, heeem ketika bercerita aku hanya diam memperhatikan dengan serius sambil membayangkan betapa indahnya dunia remaja diluar sana dan betapa asiknya hari-hari Carolin bersama teman-teman. “ hei- heiii aduh mulai deh kamu kalo aku cerita suka ngelamun kayak gini, masuk kamar yok kita tiduran, entar kalo om sama tante pulang kerja bagunin aku ya” katanya.
Ak terbangun pukul 8 malam, padahal Carolin yang minta dibangunkan kalau ibu dan ayahku pulang, tapi ternyata dia duluan yang sudah asik ngobrol diruang keluarga bersama ayah dan ibu ku. “ heiii sudah bangun nak” tanya ibuku sambil menjulurkan tangannya mengajakku untuk gabung ngobrol, aku langusng merapat ke dekat ibuku dan merebahkan kepala dibahunya, sementara tangan ibu seperti biasa mengusap rambut dan pipiku sambil bilang love you nak. “pada ngobrolin apa sih kok aku dateng semua diem” tanyaku, terus ibuku bilang kalau mereka hanya ngobrol biasa dan menayakan kabar keluarga di Jakarta.
Hari ini aku sendirian lagi, Carolin  sudah kembali kerumahnya, seperti biasa aku menghabiskan waktu dengan membaca buku, tapi entah mengapa tiba-tiba saja aku memikirlan sosok lelaki yang aku temui beberapa waktu lalu, jujur lelaki itu lumayan tampan, kulitnya putih giginya rapi, benar-benar seperti cowok-cowok masa kini dan kekinian, aku langsung memukul pelan-pelan kepalaku dengan buku, aku ngak mau mikirin lelaki yang aku saja ngak tau dia siapa, heem jangan-jangan dia seorang pembunuh, huuft lagi-lagi aku pukul kepalaku.
Enam hari sudah kejadian pertemuan tak terduga dengan lelaki itu, tetapi pertemuan tak sengaja itu setiap hari berulang hadir di dalam mimpi, terus anehnya lagi, aku selalu kepikiran dia, apa karena aku belum pernah melihan leaki tampan karena aku seorang gadis pingitan, atau memang sekarang aku sedang jatuh cinta.aduh jadi kayak lirik lagu Iga Mawarni yang judulnya kasmaran.
Ibuku sekarang selalu curiga dengan perubahan sikapku yang katanya aku berubah menjadi lebih pendiam, ia selalu bertanya apa yang sedang terjadi, dan anehnya sekarang setiap mereka akan pergi kerja selalu bilang kepadaku untuk  mengunci pintu rapat-rapat dan tidak boleh membuka pintu untuk siapapun, aku bingung apakah ibuku tau kalau beberapa waktu lalu ada seorang lelaki datang kerumah ini, padahal aku tidak bercerita sedikitpun.
Sore itu angin sangat kencang sehingga mebuat jendela kamarku sedikit terhempas, aku langsung membenarkan takut kacanya pecah,  betapa kagetnya aku ketika kaki ini sampai didepan jendela, tiba-tiba sosok lelaki tinggi besar ada didepan wajahku, sontak aku mejerit ketakutan, tetapi lelaki itu langsung melompat jendela dan masuk ke kamarku, kemudian tagannya menutup mulutku dengan paksa, aku takut sekali, fikiranku tak karuan.
“husss diam-diam nanti suara kamu didengar orang” pintanya . Lama aku terdiam dengan nafas yang ter engah-engah, tetapi aku baru sadar lelaki itu adalah lelaki yang aku temui beberapa waktu lalu, lelaki yang sering menghantui fikiranku. “kamu mau apa dan kenapa kau disini” tanyaku secepat kilat setelah ia melepaskan tagannya dari mulutku dan mataku entah kenapa tidak berhenti menatapnya dan semakin lama aku melihat wajahnya aku marasa dia semakin tampan. “ heii heiii “ tiba tiba lamunanku terbuyarkan melihat tangannya yang berkibas-kibas di depan wajahku. “ kamu kenapa heem naksir aku ya, sudah aku duga, kamu kangen ya sama aku, makanya aku kesini, kenalin nama aku Roni, kamu Luisa kan” . aku terdiam tapi perlahan menerima uluran tangannya untuk berjabat tangan, sumpah aku gugub sekali, terlebih saat aku merasakan tagannya begitu lembut dan hangat. Ia menjelaskan kepadaku kalau sudah sering melihat aku tetapi hanya dari kejauhan, saat aku didepan rumah ketika melepas ibu dan ayah pergi kerja pukul 6 pagi. Tetapi dia tidak mau cerita ketika aku tanya dari mana tau kalau namaku Luisa.  Sore setelah perkenalan yang tak diduga kami ngobrol-ngobrol sebentar, tetapi Roni segera berpamitan untuk pulang karena hari sudah semakin gelap dan hujan juga mulai turun, tetapi dia janji akan mengunjungiku setiap hari, tentunya dengan cara bersembunyi agar tidak diketahui kedua orang tuaku yang katanya cukup galak.
 Sudah hampir 3 minggu roni selalu main kerumah ku dengan cara menyelinap dari jendela kamar, aku terus merahasiakan hal ini dengan kedua orang tuaku, aku sangat takut mereka marah apalagi setiap pergi kerja ibuku selalu bilang kalau aku tidak boleh membukakan pintu untuk siapapun, dan harus terus berada dirumah dengan alasan yang sampai saat ini tidak aku ketahui.

Meski sekuat tenaga aku menarik pintu yang ada dikamar dingin ini tetap tidak bisa terbuka, aku memukul dengan keras sambil berteriak agar aku dikeluarkan tetap juga tidak ada tanggapan dari kedua orangtuaku.  Sudah 2 hari aku diruangan ini, aku juga tidak tau ruangan ini ada di rumahku atau bukan, karena saat ibu dan ayakku menarik aku keluar kamar ,mereka menutup kepalaku. Mereka melakukan ini sebagai hukuman untuk diriku karena sering  bertemu dengan Roni, yang dianggap mereka bukan lelaki baik, yang katanya akan memisahkan aku dengan ayah dan ibu.  Pertengkaran malam itu memang hebat sekali setelah ayahku memergoki diriku dan roni berduaan didalam kamar, tetapi kami tidak melakukan apa-apa, kami hanya ngobrol layaknya sepasang kekasih yang sedang jatuh cinta, sedikitpun aku tidak melakukan tindakan yang tercela , meski aku berusaha menjelaskan itu, tetap mereka tidak bisa menerima dan sangat marah.   Apakah salah aku memiliki seorang kekasih diusiaku yang saat ini, apakah salah aku berinteraksi dengan orang selain ayah dan ibu fikirku dalam hati.
Dari balik kamar dingin ini tiba-tiba aku mendengar suara-suara orang seperti bertegkar dan ramai sekali, aku juga mendegar suara-benda-benda berjatuhan, aku berusaha bediri dan menarik pintu sekuat tenaga berharap akan bisa terbuka, tetapi sama saja pintu besi ini tetap tak bisa terbuka.  Aku menangis duduk bersandar dinding pintu, dalam hatiku aku hanya ingin bisa keluar dari kamar ini aku ingin Roni, Tuhan aku rindu sekali, apa kabarnya saat ini setelah ia pergi usai di pukul wajahnya oleh ayahku, aku melihat darah segar mengalir dari hidungnya, Tuhan apakah dia baik-baik saja.
Tiba-tiba terdegar suara dari balik pintu, aku langsung bergegas berdiri memukul-mukul pintu sambil berteriak keluarkan aku keluarkan aku, syukurlah kali ini teriakan ku didengar , tetapi aku sedikit terkejut sebab aku melihat seorang lelaki tua berdiri dihadapanku, aku belum pernah melihat orang ini sebelumnya, seperti biasa aku mundur dua langkah dan bertanya siapakah dirinya.  Lelaki tua ini tiba-tiba menyebut  dirinya kakek dan mengatakan kalau dia adalah kakek ku, tetapi selama ini ibu belum pernah menceritakan soal kakek, sangat sedikit sekali ibuku bercerita soal keluarga besar kami, karena yang paling ia ceritakan adalah adiknya atau ibu dari Carolin.  Kakek tua itu mencoba memegang tanganku, matanya berkaca-kaca, dan aku membiarkan ia memeluk tubuhku, terus ia berkata tubuhmu terlalu dingin. Aku marasakan kasih sayang dalam pelukannya,sehingga aku mencoba merangkulkan kedua tanganku ditubuhnya. 
Kakek memintaku untuk keluar dari ruangan itu, dan mengajakku menuju ruangan yang sangat besar, jujur aku tidak pernah keruangan ini sebelumnya dan aku juga merasa kalau saat ini aku sedang berada ditempat lain.  Di sana aku melihat ibuku yang sedang menangis disebah ayahku, aku melihat ada tante dan Carolin. Aku merasa heran mengapa mereka semua menangis sementara aku merasa tidak melakukan hal berat sehingga harus diperlakukan seperti ini.  Sebelum kakek memintaku untuk duduk, aku terus melihat-lihat sekeliling ruangan yang ditutupi kain hitam, penuh dengan taburan bunga, hatiku penasaran ada apa sebenarnya. Hatiku juga semakin berdegup kencang tak karuan ketika melihat ibu semakin menjadi -jadi menangis, sampai-sampai ayahku harus merangkulnya dan berusaha menenangkan. Tidak berapa lama kakek memulai percakapan, “Luisa cucuku akhirnya aku bisa bertemu dengan kamu setelah sekian lama orang tua mu menyembunyikan kamu dari kami” jelasnya. Aku jadi semakin  penasaran apa sebenarnya yang sudah terjadi dengan diriku, apakah omongan kakek ada hubungannya dengan sikap orang tuaku yang selalu memintaku untuk selalu tinggal dirumah yang jauh dari keramaian, dan tidak boleh bertemu dengan orang lain  selain mereka. “ maafkan ibu nak” tiba tiba ibuku berkata seperti itu, akupun langsung menatapnya, “ ibu terpaksa harus melakukan ini karena ibu tidak ingin kehilangan kamu, ibu ingin bisa melihat kamu setiap hari nak, ibu tidak sanggup berpisah dengan mu, maafkan ibu kalau sudah membuatmu tersiksa, ibu sayang sekali sama kamu nak”, aku semakin heran ada apa ini percakapan  mereka semakin tidak aku mengerti. Tak lama berselang, aku tersontak kaget, tiba-tiba ada Roni muncul datang dan berada di tengah-tengah kami dan berdiri di sebalah kakek.  Aku juga heran mengapa dari tadi mereka menyuruhku untuk pulang, aku harus pulang kemana, toh ayah dan ibu ku, juga kalian ada bersama ku saat ini, tayaku kepada mereka. Tiba-tiba kakek memberikan aku sebuah koran dan meminta aku untuk membacanya.  Berapa saat kemudian aku benar-benar tidak karuan, tubuhku merasa menjadi ringan, setelah aku mengatahui kalau ada foto di koran tersebut yang wajahnya mirip sekali dengan wajahku, dan tulisan di dalam koran itu mengatakan bahwa telah tewas seorang gadis bernama Luisa Meri Berusia 17 Tahun karena tertabrak sepeda motor saat pergi bersekolah. Air mataku tak henti menangis dan tiba-tiba aku melihat sebuah sosok tubuh yang terbujur kaku di sudut ruangan, ketika aku dekati ternyata itu adalah aku, Tuhan ternyata aku selama ini  seorang ruh  yang dipelihara hanya karena orang tua belum siap melepas anaknya pergi, orang tuaku tega melakukan ini agar bisa terus melihat diriku, Roh ku ternyata selama ini di jerat dalam ritual sesat orang tuaku, dan jasatku mereka awetkan, tetapi mengapa semua orang bisa melihatku. “ orang tuamu bisa melihat kamu karena mereka memiliki perjanjian ruh dengan jin, sementara Carolin dia bisa melihatmu karena dalam dirinya ada keistimewaan khusus sehingga dia bisa melihat ruh. Sementara kakek saat ini bisa melihatmu karena dibantu Roni, dialah nak yang membantu kakek, ia buka indra lain dalam diri kakek dengan kemampuan khususnya,dan Roni melakukan ini , karena dalam mimpinya ia bertemu dengan jasat kaku yang selalu menangis ingin segera dimakamkan bersama ruhnya, setelah dia berkomunikasi, akhirnya ia mencari tau dan menemukan kamu, sudah saatnya kamu pulang ke alam dimana kamu bisa berbahagia” .
“Hei.. hei ..hei ..kok jadi kamu yang nangis, aku sudah ceritain semua, sekarang aku mau pulang udah malem, kamu juga harus tidur besokkan Ujian Nasional” kataku kepada sahabat baruku Nikita, gadis berusia 15 tahun yang tergolong anak Indogo. Nikita merupakan gadis yang manis dan sangat asik berteman dengannya, aku sekarang juga sudah merasa lega, jasatku sudah dimakankan dengan layak, dan entah keberuntungan apa yang saat ini ada bersamaku, karena aku merasa bebas bisa berkelana, dan kadang bisa juga bermain jalan-jalan bersama Nikita menikmati indahnya dunia, kadang-kadang juga aku bertemu dengan Roni, ia tetap tampan meski saat ini sudah memiliki 2 orang anak yang manis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar