Namaku Luisa Meri, yang selalu merasa menjadi anak tunggal itu sungguh
tidak menyenangkan penuh dengan kekangan, mau main kesini ngak boleh ngerjain ini itu juga ngak boleh, terus kalo
kemana-mana selalu didampingi, huuf pokoknya semua tidak menyenangkan. Kadang sering berhayal ingin kayak yang lain
punya saudara banyak, bisa cerita sambil ketawa ketiwi, lah aku tinggal di rumah
besar kamarku juga besar tapi ngak ada orang, sepi banget, herannya orang tuaku
juga selalu ketawa kalau aku minta dibelikan tv, apa yang aneh coba, masak aku
ngak boleh nonton tv, dan apa lucunya
kalau seorang remaja seperti aku ingin nonton tv di kamar.
Kesel lagi-lagi aku selalu
ditertawain sama kedua orang tuaku, kali ini bukan karena minta di belikan tv,
tetapi karena minta ingin pindah rumah, habis aku bosan, rumahku sepi sekali
dan menurutku terlalu besar hanya untuk kami bertiga. Ya sebenarnya rumahku termasuk indah, punya
halaman luas, sejuk karena banyak pohon besar rindang,di samping, depan hingga
belakang rumah. Meski indah, bagi ku itu tidak menyenangkan sama sekali, aku
ini remaja yang butuh kecerian, aku ini berusia 17 tahun tapi benar-benar
kesepian, kalian tidak tau bagaimana hampanya aku ini, tidak boleh bersekolah, karena
ibuku beralasan kalau dirinya bisa mengajarkan aku membaca menulis dan berhitung
tanpa perlu pergi kesekolah, sekolah menurutnya tidak cocok untuk anak seperti
ku, ibuku juga bilang kalau aku ini
terlalu pintar jadi sekolah hanya menghabiskan waktu dan tidak berguna , juga
membahayakan , gila ngak??,
Seperti biasa setiap hari aku
selalu dikamar membaca buku-buku dengan berbagai cerita, hanya itulah
kesibukanku, terkadang tanpa terasa sehari aku menghabiskan tiga hingga empat
buku , dengan tebal beratus-ratus
halaman. Selesai membaca biasanya aku berhayal bisa merasakan keceriaan remaja
seperti cerita didalam buku, punya teman banyak, bisa jalan-jalan kepantai,
naik gunung, ke mall, ngomongin pacar, lah aku boro-boro punya pacar punya
teman perempuan saja ngak pernah.
Siang itu sebelum pergi kerja ibu
ku bilang kalau saudara sepupuku akan berkunjung kerumah, wah bukain main senangnya,
rasanya kalau didatangi saudara itu suatu anugrah sekali, apalagi yang datang
adalah Carolin anak dari adik ibu ku, usianya juga sebaya dengan ku, kalau
datang pasti seru sekali, dia anaknya periang, heeem pastri banyak sekali
cerita-cerita indah diluar sana yang akan ia sampaikan kepadaku, apalagi
Carolin anaknya sangat kekinian sekali. Aduuh ngak sabar menunggunya datang.
Aku melompat kegirangan ketika
suara lonceng rumahku yang menggelegar itu berbunyi, aku langsung berlari
kearah pintu, tak sabar membuka,
biasanya kebiasaan kami kalau bertemu langsung berpelukan.
Tanpa perlu pikir panjang aku
langsung memeluk sosok yang ada di depan pitu, ku peluk erat-erat dengan mataku yang terpejam. Tetapi betapa kagetnya aku, ternyata yang aku
peluk dengan sekuat tenaga dan kerinduan
bukan Carolin yang sejak tadi aku tunggu, tetapi sosok lelaki tinggi
berkulit putih dan bermata coklat , cengar cengir tepat didepan wajahku. Buru-buru aku lepaskan pelukanku membenahi
tampilan rambutku dan mundur dua langkah secara teratur. “helo, kamu tinggal di
rumah ini, boleh aku masuk,habisnya diluar panas” , ni orang berani sekali
pikirku dalam hati, belum kenal sudah minta mau masuk kedalam rumah. “maaf kamu
siapa,” tanyaku. Eh dia langsung nyelonong masuk rumah tanpa menjawab
pertanyaanku, langsung aku tarik tas yang masih terselempang dibahu kirinya,
terus memintanya untuk pergi dari rumahku. “ aduh ngak usah kasar begitu juga
kali, ok ok aku akan pergi, cuma please lepasin dulu tangan kamu, gimana aku
mau pergi kalo tas aku ini masih kamu pegang “ pintanya, terus dia langsung
nyelonong pergi, aku hanya mengernyitkan dahi terus langsung tutup pintu,
takutnya dia berubah fikiran terus masuk
rumah, terus dan terus, iihhh tiba-tiba aku kepikiran yang enggak-engak
Kelang berapa jam kemudian
lonceng rumah berbunyi lagi, kali ini aku tidak buru-buru membuka pintu apalagi
langsung main peluk, takut kejadian sebelumnya terulang kembali. Lonceng rumah
terus berbunyi kali ini lebih ramai, aku membuka sedikit pintu dan betapa
leganya ternyata kali ini yang datang benar-benar sepupuku yang sudah dari tadi
ak tungu.
“ lama amat sih buka pintunya
tumben ngak langsung peluk aku, sudah ngak kangen ya sama aku, haduuh ada minum
apa ni di dapur aku haus banget, heiii aduuh kamu kenapa helooo”, Carolin
langsung menggeret tangaku, yang dari tadi hanya berdiri bengong melihatnya
datang, ia terus melangkah ke arah dapur. Sambil narik nafas panjang setelah
meneguk segelas air dingin dari dalam lemari es, ia langsung bercerita ini itu
dan hal luar biasa indah di luar sana, heeem ketika bercerita aku hanya diam
memperhatikan dengan serius sambil membayangkan betapa indahnya dunia remaja
diluar sana dan betapa asiknya hari-hari Carolin bersama teman-teman. “ hei-
heiii aduh mulai deh kamu kalo aku cerita suka ngelamun kayak gini, masuk kamar
yok kita tiduran, entar kalo om sama tante pulang kerja bagunin aku ya”
katanya.
Ak terbangun pukul 8 malam,
padahal Carolin yang minta dibangunkan kalau ibu dan ayahku pulang, tapi
ternyata dia duluan yang sudah asik ngobrol diruang keluarga bersama ayah dan
ibu ku. “ heiii sudah bangun nak” tanya ibuku sambil menjulurkan tangannya
mengajakku untuk gabung ngobrol, aku langusng merapat ke dekat ibuku dan
merebahkan kepala dibahunya, sementara tangan ibu seperti biasa mengusap rambut
dan pipiku sambil bilang love you nak. “pada ngobrolin apa sih kok aku dateng
semua diem” tanyaku, terus ibuku bilang kalau mereka hanya ngobrol biasa dan
menayakan kabar keluarga di Jakarta.
Hari ini aku sendirian lagi,
Carolin sudah kembali kerumahnya,
seperti biasa aku menghabiskan waktu dengan membaca buku, tapi entah mengapa
tiba-tiba saja aku memikirlan sosok lelaki yang aku temui beberapa waktu lalu,
jujur lelaki itu lumayan tampan, kulitnya putih giginya rapi, benar-benar
seperti cowok-cowok masa kini dan kekinian, aku langsung memukul pelan-pelan
kepalaku dengan buku, aku ngak mau mikirin lelaki yang aku saja ngak tau dia
siapa, heem jangan-jangan dia seorang pembunuh, huuft lagi-lagi aku pukul
kepalaku.
Enam hari sudah kejadian
pertemuan tak terduga dengan lelaki itu, tetapi pertemuan tak sengaja itu
setiap hari berulang hadir di dalam mimpi, terus anehnya lagi, aku selalu
kepikiran dia, apa karena aku belum pernah melihan leaki tampan karena aku
seorang gadis pingitan, atau memang sekarang aku sedang jatuh cinta.aduh jadi
kayak lirik lagu Iga Mawarni yang judulnya kasmaran.
Ibuku sekarang selalu curiga dengan
perubahan sikapku yang katanya aku berubah menjadi lebih pendiam, ia selalu
bertanya apa yang sedang terjadi, dan anehnya sekarang setiap mereka akan pergi
kerja selalu bilang kepadaku untuk mengunci pintu rapat-rapat dan tidak boleh
membuka pintu untuk siapapun, aku bingung apakah ibuku tau kalau beberapa waktu
lalu ada seorang lelaki datang kerumah ini, padahal aku tidak bercerita
sedikitpun.
Sore itu angin sangat kencang
sehingga mebuat jendela kamarku sedikit terhempas, aku langsung membenarkan takut
kacanya pecah, betapa kagetnya aku
ketika kaki ini sampai didepan jendela, tiba-tiba sosok lelaki tinggi besar ada
didepan wajahku, sontak aku mejerit ketakutan, tetapi lelaki itu langsung
melompat jendela dan masuk ke kamarku, kemudian tagannya menutup mulutku dengan
paksa, aku takut sekali, fikiranku tak karuan.
“husss diam-diam nanti suara kamu
didengar orang” pintanya . Lama aku terdiam dengan nafas yang ter engah-engah,
tetapi aku baru sadar lelaki itu adalah lelaki yang aku temui beberapa waktu
lalu, lelaki yang sering menghantui fikiranku. “kamu mau apa dan kenapa kau
disini” tanyaku secepat kilat setelah ia melepaskan tagannya dari mulutku dan
mataku entah kenapa tidak berhenti menatapnya dan semakin lama aku melihat
wajahnya aku marasa dia semakin tampan. “ heii heiii “ tiba tiba lamunanku
terbuyarkan melihat tangannya yang berkibas-kibas di depan wajahku. “ kamu
kenapa heem naksir aku ya, sudah aku duga, kamu kangen ya sama aku, makanya aku
kesini, kenalin nama aku Roni, kamu Luisa kan” . aku terdiam tapi perlahan
menerima uluran tangannya untuk berjabat tangan, sumpah aku gugub sekali,
terlebih saat aku merasakan tagannya begitu lembut dan hangat. Ia menjelaskan
kepadaku kalau sudah sering melihat aku tetapi hanya dari kejauhan, saat aku
didepan rumah ketika melepas ibu dan ayah pergi kerja pukul 6 pagi. Tetapi dia
tidak mau cerita ketika aku tanya dari mana tau kalau namaku Luisa. Sore setelah perkenalan yang tak diduga kami
ngobrol-ngobrol sebentar, tetapi Roni segera berpamitan untuk pulang karena
hari sudah semakin gelap dan hujan juga mulai turun, tetapi dia janji akan
mengunjungiku setiap hari, tentunya dengan cara bersembunyi agar tidak
diketahui kedua orang tuaku yang katanya cukup galak.
Sudah hampir 3 minggu roni selalu main kerumah
ku dengan cara menyelinap dari jendela kamar, aku terus merahasiakan hal ini dengan
kedua orang tuaku, aku sangat takut mereka marah apalagi setiap pergi kerja
ibuku selalu bilang kalau aku tidak boleh membukakan pintu untuk siapapun, dan
harus terus berada dirumah dengan alasan yang sampai saat ini tidak aku
ketahui.
Meski sekuat tenaga aku menarik
pintu yang ada dikamar dingin ini tetap tidak bisa terbuka, aku memukul dengan
keras sambil berteriak agar aku dikeluarkan tetap juga tidak ada tanggapan dari
kedua orangtuaku. Sudah 2 hari aku
diruangan ini, aku juga tidak tau ruangan ini ada di rumahku atau bukan, karena
saat ibu dan ayakku menarik aku keluar kamar ,mereka menutup kepalaku. Mereka
melakukan ini sebagai hukuman untuk diriku karena sering bertemu dengan Roni, yang dianggap mereka
bukan lelaki baik, yang katanya akan memisahkan aku dengan ayah dan ibu. Pertengkaran malam itu memang hebat sekali
setelah ayahku memergoki diriku dan roni berduaan didalam kamar, tetapi kami
tidak melakukan apa-apa, kami hanya ngobrol layaknya sepasang kekasih yang
sedang jatuh cinta, sedikitpun aku tidak melakukan tindakan yang tercela ,
meski aku berusaha menjelaskan itu, tetap mereka tidak bisa menerima dan sangat
marah. Apakah salah aku memiliki seorang kekasih diusiaku
yang saat ini, apakah salah aku berinteraksi dengan orang selain ayah dan ibu
fikirku dalam hati.
Dari balik kamar dingin ini
tiba-tiba aku mendengar suara-suara orang seperti bertegkar dan ramai sekali,
aku juga mendegar suara-benda-benda berjatuhan, aku berusaha bediri dan menarik
pintu sekuat tenaga berharap akan bisa terbuka, tetapi sama saja pintu besi ini
tetap tak bisa terbuka. Aku menangis
duduk bersandar dinding pintu, dalam hatiku aku hanya ingin bisa keluar dari
kamar ini aku ingin Roni, Tuhan aku rindu sekali, apa kabarnya saat ini setelah
ia pergi usai di pukul wajahnya oleh ayahku, aku melihat darah segar mengalir
dari hidungnya, Tuhan apakah dia baik-baik saja.
Tiba-tiba terdegar suara dari
balik pintu, aku langsung bergegas berdiri memukul-mukul pintu sambil berteriak
keluarkan aku keluarkan aku, syukurlah kali ini teriakan ku didengar , tetapi
aku sedikit terkejut sebab aku melihat seorang lelaki tua berdiri dihadapanku,
aku belum pernah melihat orang ini sebelumnya, seperti biasa aku mundur dua
langkah dan bertanya siapakah dirinya.
Lelaki tua ini tiba-tiba menyebut dirinya kakek dan mengatakan kalau dia adalah
kakek ku, tetapi selama ini ibu belum pernah menceritakan soal kakek, sangat
sedikit sekali ibuku bercerita soal keluarga besar kami, karena yang paling ia
ceritakan adalah adiknya atau ibu dari Carolin.
Kakek tua itu mencoba memegang tanganku, matanya berkaca-kaca, dan aku
membiarkan ia memeluk tubuhku, terus ia berkata tubuhmu terlalu dingin. Aku
marasakan kasih sayang dalam pelukannya,sehingga aku mencoba merangkulkan kedua
tanganku ditubuhnya.
Kakek memintaku untuk keluar dari
ruangan itu, dan mengajakku menuju ruangan yang sangat besar, jujur aku tidak
pernah keruangan ini sebelumnya dan aku juga merasa kalau saat ini aku sedang
berada ditempat lain. Di sana aku
melihat ibuku yang sedang menangis disebah ayahku, aku melihat ada tante dan
Carolin. Aku merasa heran mengapa mereka semua menangis sementara aku merasa
tidak melakukan hal berat sehingga harus diperlakukan seperti ini. Sebelum kakek memintaku untuk duduk, aku
terus melihat-lihat sekeliling ruangan yang ditutupi kain hitam, penuh dengan
taburan bunga, hatiku penasaran ada apa sebenarnya. Hatiku juga semakin
berdegup kencang tak karuan ketika melihat ibu semakin menjadi -jadi menangis,
sampai-sampai ayahku harus merangkulnya dan berusaha menenangkan. Tidak berapa
lama kakek memulai percakapan, “Luisa cucuku akhirnya aku bisa bertemu dengan
kamu setelah sekian lama orang tua mu menyembunyikan kamu dari kami” jelasnya.
Aku jadi semakin penasaran apa
sebenarnya yang sudah terjadi dengan diriku, apakah omongan kakek ada
hubungannya dengan sikap orang tuaku yang selalu memintaku untuk selalu tinggal
dirumah yang jauh dari keramaian, dan tidak boleh bertemu dengan orang lain selain mereka. “ maafkan ibu nak” tiba tiba
ibuku berkata seperti itu, akupun langsung menatapnya, “ ibu terpaksa harus
melakukan ini karena ibu tidak ingin kehilangan kamu, ibu ingin bisa melihat
kamu setiap hari nak, ibu tidak sanggup berpisah dengan mu, maafkan ibu kalau
sudah membuatmu tersiksa, ibu sayang sekali sama kamu nak”, aku semakin heran
ada apa ini percakapan mereka semakin
tidak aku mengerti. Tak lama berselang, aku tersontak kaget, tiba-tiba ada Roni
muncul datang dan berada di tengah-tengah kami dan berdiri di sebalah kakek. Aku juga heran mengapa dari tadi mereka
menyuruhku untuk pulang, aku harus pulang kemana, toh ayah dan ibu ku, juga
kalian ada bersama ku saat ini, tayaku kepada mereka. Tiba-tiba kakek
memberikan aku sebuah koran dan meminta aku untuk membacanya. Berapa saat kemudian aku benar-benar tidak
karuan, tubuhku merasa menjadi ringan, setelah aku mengatahui kalau ada foto di
koran tersebut yang wajahnya mirip sekali dengan wajahku, dan tulisan di dalam
koran itu mengatakan bahwa telah tewas seorang gadis bernama Luisa Meri Berusia
17 Tahun karena tertabrak sepeda motor saat pergi bersekolah. Air mataku tak
henti menangis dan tiba-tiba aku melihat sebuah sosok tubuh yang terbujur kaku
di sudut ruangan, ketika aku dekati ternyata itu adalah aku, Tuhan ternyata aku
selama ini seorang ruh yang dipelihara hanya karena orang tua belum
siap melepas anaknya pergi, orang tuaku tega melakukan ini agar bisa terus
melihat diriku, Roh ku ternyata selama ini di jerat dalam ritual sesat orang
tuaku, dan jasatku mereka awetkan, tetapi mengapa semua orang bisa melihatku. “
orang tuamu bisa melihat kamu karena mereka memiliki perjanjian ruh dengan jin,
sementara Carolin dia bisa melihatmu karena dalam dirinya ada keistimewaan
khusus sehingga dia bisa melihat ruh. Sementara kakek saat ini bisa melihatmu
karena dibantu Roni, dialah nak yang membantu kakek, ia buka indra lain dalam
diri kakek dengan kemampuan khususnya,dan Roni melakukan ini , karena dalam
mimpinya ia bertemu dengan jasat kaku yang selalu menangis ingin segera
dimakamkan bersama ruhnya, setelah dia berkomunikasi, akhirnya ia mencari tau
dan menemukan kamu, sudah saatnya kamu pulang ke alam dimana kamu bisa
berbahagia” .
“Hei.. hei ..hei ..kok jadi kamu
yang nangis, aku sudah ceritain semua, sekarang aku mau pulang udah malem, kamu
juga harus tidur besokkan Ujian Nasional” kataku kepada sahabat baruku Nikita,
gadis berusia 15 tahun yang tergolong anak Indogo. Nikita merupakan gadis yang
manis dan sangat asik berteman dengannya, aku sekarang juga sudah merasa lega,
jasatku sudah dimakankan dengan layak, dan entah keberuntungan apa yang saat
ini ada bersamaku, karena aku merasa bebas bisa berkelana, dan kadang bisa juga
bermain jalan-jalan bersama Nikita menikmati indahnya dunia, kadang-kadang juga
aku bertemu dengan Roni, ia tetap tampan meski saat ini sudah memiliki 2 orang
anak yang manis.