Senin, 17 April 2017

Kawal Bahasa Indonesia

Apakah bahasa Indonesia tak menjual?, apakah bahasa Indonesia tak enak didengar?, mengapa sekarang ini susah sekali saya menemukan nama jalan, nama rumah, gedung , dan lainnya berbahasa Indonesia.  Bukankan bahasa Indonesia itu di atur dalam UU no 24 tahun 2009, dan juga tanggal 28 Oktober kita memperingati Sumpah Pemuda, yang dua butir di dalamnya menyebutkan soal bahasa, Kami Putra dan Putri Indonesia Mengaku Bahasa Yang Satu Bahasa Indonesia. Kami Putra dan Putri Indonesia, Menjunjung Bahasa Persatuan Bahasa Indonesia.
Saat saya kecil dulu  hampir semua tulisan nama jalan, gedung, tempat perbelanjaan, nama perumahan, sampai ke taman, berbahasa Indonesia,  dibaca dan  disebut, tetap  enak enak saja terdengar di telinga, seperti naman Taman Nusa Indah di daerah saya.  Tetapi kenapa sekarang banyak orang yang menggunakan bahasa asing ya, apakah tidak ada yang memperhatikan, apakah banyak yang tidak mengerti, atau memang pejabat dan pemerintah ini tidak perduli. Bahkan dengan kejam mengganti nama yang sudah berbahasa Indonesia dengan kata –kata asing.
Dari sepuluh remaja SMA yang saya tanya,  semuanya menjawab lebih sering menggunakan kata “sorry” ketimbang “maaf”, baik dalam lisan maupun tulisan. Kalau ini terus di biarkan bisa jadi Bahasa Indonesia akan semakin terbelakang, dan satu kata setiap hari akan punah dan nyaris tak terdengar.
Saat ini juga remaja tidak diberikan contoh dan diberikan bekal untuk lebih mencintai Bahasa Indonesia.  Acara di TV juga saat ini banyak yang menggunakan istilah asing, para pembawa acaranya, tamu undangannya, dan juga pemainnya kerap menggunakan bahasa asing. Wajar kalau mereka meniru prilaku tersebut. Sementara lembaga-lembaga yang berwenang tampak diam tanpa gerakan, bukankah seharusnya peka akan hal itu.
Sudah saatnya kita  “ Kawal Bahasa Indonesia”, sudah saatnya para “ Pejabat dan Pemimpin Negeri Ini ” memberikan contoh dan memberikan pengertian ke rakyatnya untuk “Peduli dan Menggunakan” Bahasa Indonesia . sebab bukan berarti “ banyaknya “ orang asing datang ke bumi ini, membuat kita mengedepankan bahasa mereka dan melupakan bahasa sendiri... ayo peduli bahasa Indonesia, Ingat kalau tidak dimulai “ SAAT INI” kapan lagi, dan kalau bukan “ KITA” siapa lagi. Dan bukan berarti menggunakan “ ISTILAH’ asing kita akan terlihat lebih “PINTAR dan BERKELAS”, sebab yang menentukan semua itu adalah sebuah “PRILAKU”.


Aku memang bukan siapa siapa, aku tidak memiliki karya, aku hanya orang biasa, tetapi ijinkan aku Indonesia untuk mencintai mu, biarkan aku menjaga mu meski aku memiliki kemampuan hanya se ujung kuku”