Siang itu cuaca di Palembang sangat terik, meski demikian aku dan beberapa
teman kantorku tiba-tiba memiliki gagasan untuk melakukan perjalanan kecil
kewilayah pinggiran sungai Musi, tepatnya di daerah 1 Ilir. Awalnya kami berencana
untuk menyorekan hari, menunggu waktu untuk buka puasa. Tetapi setibanya di 1 Ilir, aku merasa tertarik mengunjungi masjid
dan makam-makan tua di kawasan tersebut.
Tempat pertama yang kami datangi yaitu Masjid Sultan Agung, ternyata menurut
pengurus masjid Ahmad Fauzi KH Zawawi, masjid Sultan Agung ini salah satu
masjid tua di Palembang, dibangun tahun 1950. Tetapi masjid ini tidak sepopuler masjid-masjid tua lainnya di Palembang.
Masjid ini berada di atas tanah seluas 1500 meter persegi, dibagun oleh
warga setempat dan sesepuh Ki Abunawar, dengan dana swadaya. Meski termasuk salah satu masjid tertua, sayangnya
menurut Ahmad Fauzi, di masjid ini tidak ada yang asli lagi “ dulunyo masjid
ini kayu, cuma kerno la tuo tadi dan kayu banyak lapuk jadi di buat pecak ini,
makonyo biso di katoke katek lagi bangunan tuonyo” , jelasnya.
Di area masjid ini ternyata ada makam Sultan Agung Komarudin Sri Teruno,
yang merupakan sultan Palembang memerintah
pada tahun 1714 – 1724 m. Kondisi makan cukup terawat, bahkan makam-makam lain
yang ada di areal tersebut juga sangat rapi. Ahmad Fauzi selaku pengurus masjid
dan makan ini menjelaskan kalau mereka rutin melakukan perawatan, dengan
membersihkan areal makam, maklum makam Sultan Agung Komarudin Sri Teruno ini
banyak pengunjungnya, baik warga Palembang , luar kota seperti daerah Jawa,
hingga pengunjung dari Malaysia , Singapura dan Berunai Darussalam. Menurut Fauzi
makam ini kalau malam penerangannya sangat minim, untuk itulah pihaknya sudah
mengajukan permohonan kepada pemerintah kota Palembang untuk membantu urusan
penerangan, tetapi sampai saat ini belum ada . “ banyak yang dateng kesini, terutamo pecak
bulan puaso , cuma itu dio, ini kan makan besejarah tapi kami ni saro nian
mintak samo pemerintah untuk nerangke makam ini, dak tau ngapo, padahal la di
ajuke lamo” ungkapnya. Ia berharap pemerintah
kota Palembang memberikan perhatian terhadap masjid Sulatan Agung dan makam Sultan
Agung Komarudin Sri Teruno, karena masjid dan makan tua ini salah satu kawasan
bersejarah di kota Palembang yang bisa dijadikan untuk pengembangan pariwisata
rohani di kota Pempek.